Subscribe:

Jumat, 27 April 2012

Sikap Acuh Masyarakat dan Pemerintah Terhadap Kebersihan dan Tata Kota di Kota Tasikmalaya

Sampah sudah menjadi masalah kronis di negeri kita ini. Meraka ada dimana-mana. Setiap tempat rasanya kurang lengkap  kalau tidak ada sampah. Manusia perhari dapat menghasilkan sampah mencapai ratusan Kg. Seperti yang terlihat pada foto diatas , meskipun pemerintah sudah menyediakan tempat sampah tetap saja mereka tidak membuang sampah pada tempatnya. Ini sudah menjadi kebiasaan yang sangat sulit dirubah, itu baru seorang, coba bayangkan hampir mayoritas masyarakat kota Tasikmalaya membuang sampah tidak pada tempatnya. Sadar atau tidak kita ini sudah terkepung sampah. Tempat penampungan yang sekarang masih ada tidak menjamin akan tetap  menampung  sampah di masa depan. Akibat dari sampah juga tidak main-main, seperti banjir dan sumber penyakit. Pola hidup kita yang konsumtif tidak peduli lingkungan ini akan terus menghasilkan sampah yang menggunung-gunung. Apakah dengan semua itu hidup kita akan nyaman? Hanya orang bodoh yang menjawab “Ya”.

Contoh konkritnya adalah Dadaha yang merupakan salah satu tempat kebanggaan kota Tasikmalaya. Disana terdapat dua gedung kebanggaan kota tasik yaitu gedung Gelora Sukapura dan gedung Susi Susanti. Kondisi gedung Susi susanti lebih baik di banding Gelora sukapura. Padahal gedung gelora adalah gedung serba guna yang dapat digunakan masyarakat Tasik, seperti konser musik, perlombaan olahraga maupun akademik dll.
Melihat kondisi yang tertera pada foto diatas, saya sangat prihatin sekali. Atap-atap depan mulai mulai berjatuhan, lusuh, dan jorok.  Saya sebagai anak rantau merasa malu saat teman-teman yang ingin berkunjung ke kota Tasikmalaya  karena  tidak tertatanya kota dan sampah yang berserakan. Implikasinya adalah muncul rasa underestimate terhadap kota sendiri sebab apa yang mau di tunjukan pada mereka? Sampah? gedung lusuh? atau kafe-kafe tidak jelas?. Keadaan ini bukan karena pemerintah kekurangan biaya, namun karena status kepemilikan gedung tersebut masih dalam sengketa. Tidak hanya gedung, tempat – tempat kebanggaan lain juga tidak terurus. Menurut saya, please lah jangan lebay , jangan karena dalam sengketa tetap dibiarkan begitu saja, keindahan kota tetap harus dijaga. Bagaimanapun caranya. Supaya masyarakat tasik sendiri tidak merasa malu pada tanah kelahirannya dan yang paling penting adalah selogan kota resik menjadi taruhannya. Kita semua bertanya, kemana uang pajak kami?
Pemerintah tetap harus pertama yang memprakarsai program bersih lingkungan, selain itu permudahlah bagi mereka yang ingin melamar menjadi pekerja kebersihan lalu berilah mereka gaji yang sepadan. Dengan begitu kebersihan kota akan terjaga.

0 komentar:

Posting Komentar