Subscribe:

Minggu, 17 Oktober 2010

Sri Mulyani : Kita Tidak Berpisah, Ini Justru Permulaan

“Rindu Lukisan, Bandar Jakarta, dan Rayuan Pulau Kelapa,” adalah tiga buah lagu keroncong yang dinyanyikan oleh Sri Mulyani Indarwati (SMI) disela-sela acara perpisahan dalam suasana santai, tadi malam (19/05/2010) di Financial Club, Graha Niaga, Jakarta.

SMI yang nampak ceria, hadir didampingi suaminya Tony Sumartono. Dalam sambutannya, SMI mengatakan bahwa “berbagai acara yang terkesan sebagai perpisahan ini, sebenarnya bukanlah perpisahan. Namun, inilah permulaan untuk menyadarkan kita, bahwa tanggung jawab membangun Indonesia itu ada di pundak semua orang, bukan di pundak segelintir orang.”

“Kita berteman karena kita punya ide yang sama tentang negara kita. Di sini letak pertemanan kita, bukan perkawinan.” SMI pun mengatakan, “melalui wajah kawan-kawan, saya melihat dan merasakan masih ada optimistisme terhadap kemajuan bangsa ini, karena negara ini masih dijaga oleh orang-orang yang memiliki ide yang baik … Sampai akhir hayat … Oh ya, ‘Sampai akhir menutup mata…’ Begitu kan?” kata SMI sambil melantunkan bait akhir lagu Indonesia Pusaka.

SMI juga mengatakan, meskipun nanti kita terpisah jarak, namun itu tak dapat membatasi upaya kita bersama dalam membangun Indonesia. “Kalau Anda menjalankan sesuatu dengan niat yang tulus, di bumi ini Anda berjalan, ada berjuta-juta umat manusia yang juga menyimpan ide yang sama, itu mudah sekali menjadi satu dan mendukung satu sama lain”

“Jangan pernah putus asa menjaga Indonesia. Saya berkali-kali cari alasan, tapi saya menampar diri saya sendiri untuk mengingatkan, bahwa tak perlu alasan untuk bisa mencintai negara ini,” tambahnya.

SMI & Mar'ie Muhammad (HUH file)

SMI & Mar'ie Muhammad (HUH file)

Sejumlah tokoh nasional dan aktivis nampak hadir dalam acara tersebut. Seperti Menperdag Dr. Mari Elka Pangestu, mantan Menkeu Dr. Mar’ie Muhammad (Mr. Clean), mantan Wakil Ketua KPK Erry Riyana Harjapamekas, dr. Marsilam Simanjunak, advocat Todung Mulya Lubis, wartawan senior Goenawan Muhammad, CEO Kompas Gramedia Jakob Oetama, Dr. Anis Baswedan, Jusuf Wanandi, Wimar Witoelar, Arifin Panigoro, sejumlah tokoh, cendikiawan, dosen, aktivis, dan tentu saja rekan-rekan SMI, dan para facebooker yang tergabung dalam Kami Percaya Integritas - Sri Mulyani Indarwati (KPI-SMI). Juga nampak hadir sejumlah undangan (kebanyakan ekonom) dari beberapa negara sahabat,

Ditengah suasana bersenandung bersama, setelah makan malam ala Betawi dengan nasi uduk yang cukup nikmat. Saya pun seperti biasa keluar ruangan untuk .. biasa deh, … hmmm ngerokok gitu loh … Nah, ternyata kesempatan itu membawa keberuntungan, yakni bertemu dengan para facebooker KPI-SMI yang punya keperluan yang sama, yaitu ngebul bareng.

Penganugerahaan Piagam MURI (HUH file)

Penganugerahaan Piagam MURI (HUH file)

Di taman yang hanya dibatasi dengan dinding kaca, segala kegiatan di dalam ruangan tempat berlangsungnya acara, nampak jelas terlihat. Ternyata ditempat ini pun disediakan pangan kecil dan minuman hangat (hebat nih panitianya, pengertian gitu loh). Sehingga acara group smoker juga tetap bisa berjalan lancar, cover both side gitu loh .. every body kan bisa jadi happy. Sambil ngobrol-ngobrol dengan ditemani minuman hangat dan panganan kecil, sayapun sempat berfoto dengan rekan-rekan KPI-SMI, dan kami pun mengajak dr. Marsilam Simanjutak, yang juga ternyata satu group (ngebul bareng), untuk berfoto bersama.

Ditengah-tengah acara, Jaya Suprana turut menyumbangkan dua lagu yang dinyanyikan oleh vocal group binaannya, dan ia pun menganugrahkan piagam MURI kepada SMI. Dengan gayanya yang kocak, Jaya pun memberikan appresiasi, “Inilah menteri pertama di Indonesia yang berani mengundurkan diri dengan sangat-sangat terhormat.” Sebelumnya, Goenawan Muhammad juga menyampaikan tulisan yang dibacanya sendiri, dengan gayanya bak pembaca puisi kawakan, tapi panjang banget … karena sentil sana, sentil sini. Para tamu yang hadir pun kadang tertawa, bertepuk tangan, maupun menambahi dengan celetukan-celetukan, sehingga suasana pun kian bertambah ramai dan meriah.

Goenawan Muhammad - Tulisanku Untuk SMI (HUH file)

Goenawan Muhammad - Tulisanku Untuk SMI (HUH file)

“SMI memang bukan politikus dan bukan dari partai politik, tapi tidak berarti ia tak mengerti politik.” Itulah kesan yang saya tangkap di acara perpisahannya ini.

Apakah proses politik yang ditunggangi oleh suatu kepentingan membolehkan seseorang untuk dihakimi, bahkan divonis tanpa melalui proses pengadilan? …

Saya pun jadi teringat wawancara Wimar Witoelar di MetroTV, beberapa hari yang lalu, katanya “Sri Mulyani tidak pernah terjerat masalah hukum, Sri Mulyani terjerat masalah politik. Yang memvonis Sri Mulyani terjerat masalah hukum itu kan cuma DPR dan media, yaitu Metro TV dan TV One….”

Menyinggung kata media, saya pun membuka lembaran arsip tulisan saya, yang juga sempat saya muat di Kompasiana, “Teknik yang paling terkenal dalam perang propaganda adalah penyebaran ‘informasi yang salah’ tentang pihak lawan. Disinformasi merupakan kata baru untuk kebohongan di era postmodern seperti sekarang ini, lewat media massa.”

Acara Perpisahaan SMI & KPI-SMI (HUH file)

Acara Perpisahaan SMI & KPI-SMI (HUH file)

Lantas, ….

“Jika seseorang mengulangi kebohongan yang sama berulang-ulang, kemampuan berfikir kritis orang-orang yang mendengarnya akan mati rasa dan tanpa kehadiran argumen yang melawannya, pada akhirnya kebohongan-kebohongan tidak bisa dipisahkan dari kebenaran.”

Cara-cara seperti ini kah, yang dipakai untuk memojokkan SMI? Namun, sejarah harus tetap ditulis. Saya yakin kebenaran itu di era masyarakat terbuka seperti sekarang ini (baca: internet), tidak akan bisa ditutupi, dan bagi yang mampu memberikan apa yang diketahui kepada masyarakat … Sampaikan!, … paling tidak masyarakat punya pengetahuan yang agak lebih lengkap sebelum mereka menilai SMI bersalah, atau ia telah diperlakukan tidak adil dalam kasus penyelamatan Bank Century yang dipersoalkan anggota Dewan Perwakilan Rakyat. “Apakah proses politik yang ditunggangi oleh suatu kepentingan membolehkan seseorang untuk dihakimi, bahkan divonis terhadap dirinya tanpa melalui pengadilan?”.

“Kebaikan tidak terletak dalam melakukan dengan benar karena peraturan, melainkan melakukan yang benar karena alasan yang benar.” Jadi, menurut saya, “orang baik dan orang jelek akan jelas garis pemisahnya.”

SMI & KPI-SMI (HUH file)

SMI & KPI-SMI (HUH file)

“Demokrasi sebenarnya tidak memberikan kebebasan yang sebebas-bebasnya. Namun juga harus diluruskan dengan regulasi yang dilegalkan, konsensus dan masyarakat yang siap berdemokrasi.” (Lech Walesa)

~ Majulah Indonesia-ku, Jayalah Negeri-ku ~

“Selamat jalan SMI, selamat berkarya dan

semoga Anda sekeluarga dalam lindungan

dan bimbingan Allah Ta’ala. Amin”
@Kompas.

SRI MULYANI: Sebuah Kesan dan Opini

Saya tidak akan membahas mengenai kasus Bank Century di sini (mungkin lain kali). Saya juga tidak akan membahas mengenai kuliah umum Sri Mulyani dan insiden demo dari Front Aksi Mahasiswa Universitas Indonesia (FAM UI) yang menyertainya. Dua hal tersebut bisa Anda ikuti dengan lebih lengkap di tempat lain, salah satunya di Sri Mulyani Back to Campus for Academic Lecturing not Political Reason, Tentang Rusuh Demo Mahasiswa Saat Kedatangan Ibu Sri Mulyani Hari Ini, atau pada Kronologis dan Tujuan Aksi FAM UI 8 Maret 2010; tapi yang pasti bukan pada tulisan ini. Di sini, saya hanya ingin mencermati dan berbagi kepada Anda mengenai sosok Sri Mulyani; versi saya tentunya.

Foto : FAM UI Menghadang Mobil Rombongan Menkeu
Sumber : MetroTvNews.com (lihat video)

Sejatinya Sri Mulyani dijadwalkan akan memberikan kuliah umumnya pada hari Kamis, 4 Maret 2010 pukul 08.00 WIB, bertempat di Auditorium Soeria Atmadja, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI), kampus baru UI Depok. Pada 3 Maret 2010, tepat 1 hari sebelum hari-H, penulis menerima SMS dari panitia bahwa kuliah umum Sri Mulyani dibatalkan dan diundur menjadi tanggal 8 Maret 2010 dengan waktu dan tempat yang sama. Kecewa, sudah pasti.

Tapi wajarlah, toh beliau pasti punya alasan dan kesibukan tersendiri; terlepas dari Pansus Century yang akan melaporkan hasil kerjanya pada sidang paripurna DPR RI di minggu itu. Toh juga ekonomi takkan mungkin bisa terlepas secara penuh dari politik (itulah alasannya mengapa mata kuliah Ekonomi Politik masih diajarkan sampai sekarang). Masih untung cuma diundur, tidak dibatalkan; pikir saya waktu itu.

8 Maret 2010 saya kembali datang ke kampus, sedikit terlambat memang, yah mungkin sekitar 10 menit (dari jam 08.00 WIB). Tampak para pengawal ataupun rombongan dari ibu Sri Mulyani sudah terlihat berjaga-jaga di depan gedung dekanat, di mana kuliah umum itu akan berlangsung. Ah, Sri Mulyani pasti belum datang, toh para pengawal sedang bersiap-siap untuk menyambut beliau sekarang; pikir saya saat itu. Menunggu terlalu lama kehadiran beliau di kursi depan Biro Pendidikan (suatu bagian di gedung dekanat), saya pun berinisiatif untuk langsung masuk saja ke ruang auditorium; lumayan bisa ngadem dulu kan. Ternyata kuliah umum sudah dimulai dari tadi oleh Sri Mulyani.

Untung saja saya masih bisa masuk (walaupun cuma kebagian duduk di bagian belakang), padahal hampir semua ternyata sudah terisi penuh. TEPAT WAKTU. Itu hal pertama yang menjadi kesan saya pada beliau. Minimal, dia sudah membuktikannya di hari itu (Hari lain? Jangan tanya saya lah.. Mana saya tau.. Hahaha :-) ), walaupun dia pasti memiliki kesibukan yang jauh-jauh di atas saya.

Saya pun duduk di sebelah kanan auditorium bagian belakang. Tak lama teman saya yang bernasib sama pun datang. 10 menit pertama, dari gaya berbicara beliau saya menemukan satu hal yang menjadi kesan kedua saya. TEGAS dan LUGAS. Ya, begitulah kesan yang saya tangkap (bahkan mungkin kebanyakan orang) dari gaya berbicaranya. Tapi bukankah salesman pun gaya bicaranya tegas dan lugas ya? Ya memang. Tapi tentu terserah Anda bagaimana melihatnya, bagi saya ini suatu kesan yang baik dan patut diapresiasi. Toh ini negara demokrasi, semua orang memiliki hak untuk berpendapat. Termasuk saya dan Anda tentunya.

Foto : Sri Mulyani pada sesi tanya jawab kuliah umum “Dinamika Perekonomian Indonesia” di FEUI Depok.

Materi kuliah ini tergolong cukup berat (bisa didownload pada link di akhir tulisan ini) dan menggunakan berbagai macam model ekonomi yang diilustrasikan (tentunya) melalui grafis/kurva-kurva (seperti layaknya kuliah umum dari mata kuliah jurusan Ilmu Ekonomi). 30 menit pertama, saya masih terjaga. Bahkan masih sempat mengupdate status twitter saya melalui ponsel. 30 menit kedua juga masih tetap terjaga akibat dari gaya bicara beliau yang lugas, sederhana, mudah dimengerti dan kadangkala juga diselipi dengan lelucon segar.

Ajaibnya, sampai akhir kuliah pun saya masih terjaga (haloo.. emang kalo kuliah lo ngapain aja? tidur? :D ). Yap, kesan ketiga saya pada beliau adalah HUMORIS dan TIDAK MEMBOSANKAN. Beliau bisa menjaga ritme perkuliahannya dengan sangat baik. Ah, andaikan semua dosen FEUI seperti ini, terutama dosen Koperasi saya dulu :) .

Di tengah-tengah perkuliahan beliau terkadang sedikit menyimpang dari topik untuk memastikan bahwa kita masih terjaga. Akan tetapi hal tersbut tetap berada dalam substansi yang berkaitan. Misalnya, beliau bercerita tentang pajak dan mengaitkannya dengan mahasiswa di kelas beliau ataupun dengan sebuah film dari Hollywood. Pada sesi tanya jawab, ketika ada seseorang yang bertanya mengenai akuntansi dan beliau pun mau tak mau harus harus menjawabnya, beliau dengan jujur mengakui bahwa beliau kurang confidence bila berbicara mengenai akuntansi. Beliau mengatakan bahwa akuntansi itu seputar debit, kredit, dan balancing, dan beliau kurang suka dengan hal seperti itu. “Eh, taunya sekarang saya malah disuruh ngurusin begituan (baca : anggaran)..”, begitu kira-kira selorohnya.

Atau pada kesempatan lain beliau kurang lebih berkata, “Saya tidak terlalu mengerti akuntansi dulu semasa kuliah.. tapi ya, saya tidak bego-bego amat..”. JUJUR dan RENDAH HATI, ya itu satu kesan lagi yang saya dapat. Bahkan seorang Sri Mulyani pun mengakui bahwa ia kurang percaya diri bila berbicara mengenai Akuntansi. Saya? Jangan tanya… :(

Foto : Screenshot dari timeline Twitter penulis

Di akhir kuliah, pada sesi tanya jawab, ada salah seorang penanya yang menanyakan mengenai kasus Bank Century yang saat itu (bahkan sekarang pun masih) terkait erat dengan beliau. Namun, beliau memilih tidak menjawab pertanyaan tersebut dengan alasan tidak sesuai dengan topik kuliah di hari itu (baca : Dinamika Perekonomian Indonesia). Menurut saya tindakan beliau tidak salah namun belum tentu benar juga. Tepat? Wah saya tidak tahu.. Yang jelas, saya juga akan mengambil tindakan seperti itu bila berada pada posisi beliau seperti saat itu. Manusiawi toh..

Itulah beberapa opini dari saya mengenai seorang Sri Mulyani. Baik semua ya.. Yang jeleknya mana? Oke, yang kurang saya suka adalah beliau kerap kali “menyindir” pihak-pihak lain yang notabene menurut saya sama sekali tidak ada hubungannya dengan kuliah saat itu. Beliau kurang konsisten (menurut saya). Tidak mau menjawab pertanyaan mengenai kasus Bank Century, namun seringkali menggunakan sindiran yang terkait dengan kasus Bank Century tersebut (walaupun digunakan sebagai guyonan agar peserta tidak mengantuk dan ini terbukti efektif :D ).

Oya, bagi rekan-rekan yang tidak bisa hadir pada saat kuliah umum 8 Maret kemarin (atau bagi yang siapa saja yang berminat), materi kuliah umum Sri Mulyani “Dinamika Perekonomian Indonesia” bisa didownload di sini.

Tentunya tulisan singkat ini tidak bisa menggambarkan beliau secara 100% dengan segala kekurangan dan subjektivitas yang timbul. Tulisan ini juga tidak membahas apakah beliau bersalah atau tidak dalam kasus Bank Century; toh tulisan ini tidak dimaksudkan untuk itu sebagaimana telah saya jelaskan pada bagian awal tulisan ini. Minimal saya sudah menyampaikan pendapat saya mengenai beliau (baca : Sri Mulyani), walaupun secara terbatas. Bagaimana dengan Anda?

PERHATIAN. Tulisan ini dibuat dengan tujuan untuk berbagi kepada publik mengenai sosok Sri Mulyani Indrawati, yang saat ini (masih) menjabat sebagai Menteri Keuangan RI (dari sudut pandang seorang mahasiswa FEUI dengan segala subjektivitas dan kelemahan yang ada); terutama mengenai kesan-kesan dari penulis terhadap beliau.

Penulis bukanlah penggemar / fans beliau dan bukan pula partisan dari partai tertentu. Perlu diingat, tulisan ini berupa opini pribadi dan telah diposting oleh penulis pada kategori “Opini”. Penulis bertanggung jawab sepenuhnya atas tulisan ini sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku.

Tulisan ini juga dimuat pada http://iqbal24mei.wordpress.com/ dengan judul yang sama.

Rabu, 13 Oktober 2010

It Makes Me Confuse

It has been 100 days ago, she left me. Until now i always miss her. i feel different things in my soul. i am just thinking about her. i dont know how doess it feel?. It makes me confuse...