Subscribe:

Senin, 26 November 2012

Awal Mula Konflik Israel-Palestina


Peace be upon us !!
Sebenarnya konflik antara bangsa yahudi dan Palestina ini sudah terjadi sejak dahulu kala, yaitu ketika Daud melawan Golliath dari bangsa filistin yang konon nama kuno dari bangsa Palestina. Namun itu masih menjadi perdebatan. Jadi betapa kunonya konflik Israel-Palestina  ini bahkan  mungkin sampai kiamat akan tetap berkonflik. 
Berdasarkan sejarah, bangsa Yahudi memang sudah ada di Palestina namun dalam populasi yang sedikit. Sebelum PD I, Palestina dikuasai oleh Turki Ottoman selama lebih dari 400 tahun. Dibawah rezim ottoman, kondisi terbilang aman dan jauh dari kekerasan yang sangat berbeda ketika berada di bawah kolonialisasi Inggris. 
Pada waktu itu sekitar abad 19, orang yahudi masih banyak tersebar di Eropa, terutama di imur dan tengah. kehidupan mereka sangat menyedihkan, selalu mengalami penindasan, penyiksaan serta pembunuhan yang jumlahnya sangat banyak. Seperti di Ukraina yang menewaskan 10.000 bangsa yahudi belum lagi di negara-negara eropa lainya. 
Ketika PD I (1914-1918) bergejolak di eropa, negara yang dominan waktu itu adalah Jerman melawan Inggris dan Prancis, sedangkan Turki Ottoman yang juga ikut dalam konflik itu lebih memilih bersekutu dengan Jerman, sehingga menjadikan musuh alami Inggris dan Prancis. Selagi mereka berkonflik, dua bangsa besar arab dan yahudi selalu mengamati perkembangan yang terbaru mengenai konflik di Eropa sana. Bahkan kedua bangsa itu dengan membawa kepentingan masing-masing bekerja sama untuk mendepak Turki Ottoman dari Timur Tengah. Bangsa arab dibawah pemimpin Mekkah Hussain bin Ali memutuskan untuk bersekutu dengan Inggris dengan syarat jika perang berakhir, Inggris harus mengakui kemerdekaan negara-negara arab namun Inggris dan Prancis sebelumnya telah menandatangani perjanjia Sykes-Picot (1917) yang isinya pembagian lahan bekas jajahan Turki ottoman. Disini bangsa arab tertipu.
Sedangkan pemimpin komunitas yahudi di Inggris, Baron Rothschild menemui dan melobi menlu Inggris pada waktu itu Arthur James Balfour yang pada 2 November 1917 keluar deklarasi Balfour yang berisi pemerintah Inggris akan memberikan rumah bagi bangsa yahudi di Palestina dengan syarat tidak mengganggu hak keagamaan dan warga sipil non-yahudi disana. Inilah awal mula akses menuju konflik.
Dipenghujung PD I dengan kekalahan Turki Ottoman dan sekutu dibutlah perjanjian damai Sevres pada 10 Agustus 1920 dimana isi deklarasi balfour dimasukan di dalamnya. Sesuai dengan perjanjian Skyes-Picot, Prancis memdapatkan Suriah dan Lebanon sedangkan Inggris mendapat Irak dan Palestina. Irak dipercayakan pada Faisal anak dari Hussain bin Ali sebagai raja Irak lalu Palestina tetap di bawah Inggris. Palestina dibagi menjadi dua, yaitu wilayah Transjordan di pimpin oleh Abdulloh anak Husaain bin Ali dan tepi barat langsung oleh Inggris.
peningkatan jumlah Imigran besar-besaran terjadi selama tahun 1919-1926 yang mencapai 90.000 orang dengan menempati tanah-tanah yang dibeli Zionis secara legal dari para tuan tanah arab, namun karena semankin banyaknya warga yahudi yang datang akhirnya terjadi perebutan lahan yang menyebabkan pertumpahan darah. Sebenarnya, Otoritas Inggris melarang membeli tanah, akan tetapi terlalu banyak imigran illegal sehingga susah untuk diatur atau diusir. Oleh karena itu, warga lokal menentang penjualan tanah tersebut kepada para imigran namun tetap dilanggar. Sehingga warga arab Palestina tersingkirkan dan melakukan perlawanan sampai saat ini. 

Ada juga sumber yang menyebutkan kalau konflik itu bukan karena yahudinya, akan tetapi pada masa kekuasaan Turki Ottoman, bangsa yahudi yang pindah ke Palestina itu pendatang dari yahudi Rusia, dimana dulu sempat terjadi perang di kawasan balkan antara Turki Ottoman melawan Russia. Yang ditakutkan Turki adalah mereka menjadi perpanjangan tangan dari pemerintah Russia, lalu mereka dianggap bangsa Russia eropa bukan karena mereka adalah yahudi.

sumber: berbagai sumber.

Sabtu, 24 November 2012

Perang Psikologis


Ketika pemerintahan Amerika memutuskan untuk menyerbu Panama, salah satu perhitungan mereka adalah bagaimana meminimalisasi jatuhnya korban bagi para prajuritnya. Umumnya prajurit Amerika yang diterjunkan ke medan perang Panama telah diberi tahu bahwa dalam peperangan mereka akan menghadapi prajurit profesional. Untuk menghindari jatuhnya korban jiwa dalam jumlah besar, CIA dan militer pun bekerjasama yang kemudian menghasilkan strategi tempur untuk menggempur Panama adalah melalui taktik perang psikologis.
Taktik perang psikologis adalah secara terus menerus memberitahu kepada militer dan rakyat panama bahwa Operation Just Cause merupakan operasi militer untuk menangkap Noriega dan antek-anteknya dan bukan merupakan perang untuk menguasai wilayah. Demi menimbulkan efek kejut, tulang punggung serbuan Amerika ke Panama kemudian dititikberatkan kepada  pasukan payung 82nd Airbone Division yang bertugas menguasai fasilitas vital di Panama. Sementara pasukan darat yang telah berhasil memasuki kota Panama melaksanakan perang psikologis dengan cara menyebar pamflet serta informasi melalui pengeras suara yang memberi informasi sebaiknya PDF tidak melawan.
Untuk menangkap Noriega, militer AS mempercayakan tugasnya kepada pasukan khusus Navy Seal karena pasukan khusus itu selain mahir bertempur juga mengerti diplomasi dan politik. Strategi perang psikologis ini ternyata lancar. Noriega berhasil diringkus dalam kondisi hidup, Panama bisa diarahkan AS untuk menjadi negara antinarkoba serta lebih demokratis.


Sumber : majalah Angkasa.

Kamis, 22 November 2012

Penentu Kemudi di Asia


Minggu ini adalah minggu besar di Asia Timur dan Asia Tenggara, karena di kawasan ini terlaksana perhelatan besar bernama Konferensi Tingkat Tinggi Asia Timur 2012 (East Asian Summit/EAS 2012).

ejak Senin sore, delegasi yang terdiri atas kepala-kepala negara serta menteri luar negeri berkumpul dan saling berpidato mengutarakan harapannya pada EAS. Tuan rumah tahun ini adalah Kamboja. EAS adalah forum tahunan yang terbentuk sejak 2005 bagi 18 negara, yakni 10 negara anggota ASEAN (Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Myanmar, Vietnam) dan delapan negara dengan kerangka kerja sama khusus di ASEAN yakni China, India, Jepang, Korea Selatan, Australia, Selandia Baru, Rusia, dan Amerika Serikat (AS).

Melalui forum EAS, ASEAN berupaya merangkul sebanyak-banyaknya mitra strategis di dunia dan menunjukkan giginya dalam "menyetir" agenda-agenda politik internasional, terutama yang menyangkut nasib negara-negara di kawasan Asia. Tahun ini Rusia dan AS pertama kali ikut dalam EAS. Samasepertihalnya pertemuan-pertemuan tingkat tinggi lainnya, EAS tidak hanya menarik karena apa yang diungkapkan dalam pertemuan resmi, tetapi juga apa yang dilakukan para pimpinan delegasi menjelang acara atau di sela-sela acara.

Diplomat selalu berkata bahwa tahap-tahap negosiasi dimulaijustrudiluarruangsidang. Yang cukup heboh adalah Presiden Barack Obama dari AS. Sebelum berangkat ke kawasan Asia, dia sudah mengeluarkan pernyataan bahwa AS ingin menegaskan lagi pentingnya posisi Asia dalam agenda luar negeri AS saat ini.

Istilah Obama: AS sedang melakukan pivot (melibatkan diri lagi dalam porsi yang cukup besar di kawasan ini). Setibanya di Asia, dia melakukan kunjungan pertama kali ke Myanmar; negara yang pernah diembargo secara ekonomi oleh AS dan menjadi target kritik keras dunia.

Myanmar adalah negara yang sampai sekarang masih dikuasai oleh junta militer, dikenal punya kecenderungan untuk lebih pro ke China dalam hal politik luar negeri. Di sana Obama difoto sedang merangkul hangat tokoh demokrasi dan Hak Asasi Manusia Aung San Suu Kyi yang bertahuntahun menjadi tahanan politik junta militer. Obama memilih untukberkunjung ke Rangoon, bekas ibu kota yang juga lokasi dari universitas besar dan pergerakan demokrasi, dan bukan ke Naypyidaw, ibu kota tempat junta militer berkuasa.

 Tapi dengan diplomatis Obama memilih menyebut nama Myanmar, nama yang diberikan oleh junta militer pada negeri itu, dan bukan Burma yang merupakan nama kolonial. Dari Rangoon di Myanmar Obama menyuarakan tiga hal. Pertama, Myanmar bukan lagi negara rendahan di Asia, karena AS sudah menerimanya dengan tangan terbuka. Kedua, bahwa AS menghargai negaranegara yang mengembangkan demokrasi dan perlindungan HAM.

Itu sebabnya AS cukup keras terhadap Perdana Menteri Kamboja Hun Sen karena negeri itu dianggap belum ramah HAM. Ketiga, bahwa orang-orang AS perlu menyadari bahwa masa depan AS tidak lagi ada di "Barat", tetapi justru di "Timur" yakni Asia.

Tentu saja, A Sapa lagi Obama sebenarnya bukan perhatian utama EAS. Dan, bukan cuma AS yang sedang mengelus-elus ego Asia. Rusia yang diwakili oleh Menteri Luar Negeri Lavrov menegaskan komitmen kehadiran Rusia di Asia. Rusia bangga dengan sejumlah inisiatif kerja sama perdagangan bebas di kawasan Asia serta investasinya membuka jalur gas dari Rusia ke China. Jepang, Korea Selatan, dan China mendorong ASEAN untuk memperkuat kerja sama sesama negara Asia.

Apa reaksi Asia? Dengan melebarkan keanggotaan dan melibatkan AS dan Rusia, negara-negara Asia sedang berusaha untuk bersama-sama mencari titik keseimbangan baru dalam tatanan politik global, di mana Asia memainkan peranan yang lebih penting dibandingkan di masa-masa lalu. Ini bukan hal mudah. Bukan rahasia bahwa di dalam Asia sendiri masih ada kegamangan tentang siapa yang memegang kemudi di Asia.

Indonesia misalnya. Kita tahu persis bahwa yang seharusnya memegang kemudi di Asia adalah ASEAN, dan bahwa Indonesia sebagai negara besar pencetus dan pembina ASEAN bisa menegaskan pentingnya ASEAN sebagai pusat kegiatan negara di kawasan Asia Tenggara sampai ke kawasan Pasifik. Namun,kita masih bingung menghadapi Filipina yang sekarang sebentar- sebentar selalu berteriak minta tolong ke AS atau Kamboja yang lebih akrab dengan China.

Ketegangan kedua negara ini tergambar ketika Perdana Menteri Kamboja menyimpulkan hasil pidatopidato yang masuk tentang kesepakatan ASEAN untuk bergerak bersama dalam menjaga keutuhan ASEAN. Presiden Filipina justru melakukan interupsi dengan mengatakan bahwa keutuhan ASEAN tidak bisa dinyatakan sebagai konsensus karena bagi Filipina, ASEAN bukanlah satu-satunya jalur kerja sama yang dapat mendorong pencapaian kepentingan nasional Filipina. Wah…repot ya.

Sebenarnya dua hal saja perlu diingat. Pertama, bahwa EAS dilahirkan dan dibuat rutin karena ada keyakinan bahwa masalah-masalah di kawasan ini perlu diselesaikan dengan cara duduk bersama, saling melontarkan wacana, dan dilanjutkan dengan pencarian solusi melalui pendekatan personal ke para kepala negara. Kedua, EAS lahir karena cita-cita menempatkan ASEAN sebagai pengemudi bagi nasibnya sendiri di antara tarik-menarik kepentingan negara-negara besar dan syukur-syukur ikut menentukan tatanan hubungan internasional masa ini dan mendatang.

Dalam kerangka ASEAN pasca-Deklarasi ASEAN 2008, sebenarnya relatif tidak ada yang “abu-abu” lagi dalam aturan ASEAN. ASEAN menolak intervensi asing dalam wujud apa pun di kawasan ini. Masalah di kawasan ini harus diselesaikan dengan cara yang disepakati oleh semua negara di ASEAN, dengan cara damai yang efisien. ASEAN bahkan telah mengembangkan sejumlah inisiatif agar berdikari dan berdaya pikat dalam pergaulan internasional.
Dan bila ada anggota yang melenceng dari prinsip itu, dia bisa ditegur langsung.Artinya,ayolah tegas pada negara-negara ASEAN yang masih menomorduakan ASEAN dalam politik luar negerinya. Selanjutnya, Indonesia perlu berani ikut menaruh agenda dalam dialog EAS. Tidak semata mengambil isuisu yang memang sudah diagendakan penting bagi Asia seperti penyelesaian Laut China Selatan. Toh, detail penyelesaian tidak akan diputuskan di forum ini.

Justru gunakanlah momen saling berwacana antarkepala negara untuk menegur Rusia yang mengklaim sudah menginvestasikan ini-itu di ASEAN, tapi sebenarnya itu terkonsentrasi di China dan negara-negara yang pro-China.Indonesia juga bisa mengambil pengalaman rumitnya membangun kerja sama riil masa kini dengan Rusia karena haluan prioritas kedua negara belum sejalan. Kepada AS, kita perlu menegur sikap AS ke negara-negara Timur Tengah dalam hal perlindungan HAM dan demokrasi. ASEAN perlu mempertimbangkan apakah sikap AS di Timur Tengah adalah sebuah standar ganda dalam penegakan HAM atau memang demikianlah konsistensi AS dalam berpolitik.

Kita bisa katakan pada AS bahwa Indonesia menghargai segala ungkapan perhatian AS bagi Asia dan kita mencermati juga konsistensi AS dalam penerapan prinsip-prinsip HAM dan demokrasi di belahan dunia lain. Terlepas dari bagaimana hasilnya nanti, pertemuanpertemuan tingkat tinggi apa pun harusnya memberikan manfaat bagi kita masyarakat awam yang jauh dari politik. Mungkin ini persoalan komunikasi, tetapi pemerintahan SBY belum dapat menjelaskan kepada publik apa manfaat dari pertemuan tersebut untuk persoalan-persoalan yang kita hadapi.

Contoh mengenai TKI yang diperkosa, isu TKI on Sale, masalah perdagangan antarnegara, alih daya, dan seterusnya. Seandainya belum ada bukti, minimal ada penjelasan secara lisan. Dengan demikian, kita bisa tahu apakah pemerintah Indonesia menjadi kemudi di dalam ASEAN atau hanya "sopir tembak".

DINNA WISNU, PhD
Co-Founder & Direktur Pascasarjana Bidang Diplomasi, Universitas Paramadina
@dinnawisnu
(Koran SI/Koran SI/ade)

ASEAN dan Tantangan Ekonomi Global

Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN Ke-21 yang berlangsung di Istana Perdamaian, Phnom Penh, Kamboja, 18-20 November 2012, memberi harapan ASEAN dalam memasuki fase baru untuk meningkatkan hubungan dengan komunitas global.

Penegasan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam sesi pleno KTT ASEAN ke-21 itu kemudian dimanfaatkan sebagai peningkatandaya tahan ASEAN dari krisis keuangan global memasuki ASEAN 2015. Persoalannya, meski ASEAN tengah mengantisipasi dampak krisis Eropa dan perlambatan ekonomi Amerika Serikat bagi kawasan dengan penguatan konektivitas ASEAN serta meningkatkan daya saing dan daya tahan, ada dua tantangan yang menghadang ASEAN.

Pertama, dalam menghadapi China, apakah ASEAN mampu mengakomodasi secara baik isu Laut China Selatan. Kedua, sebagai salah satu penopang pertumbuhan ekonomi dunia saat ini, Asia dan ASEAN belum begitu solid dalam menata struktur ekonomi yang ada.

Tantangan ASEAN

 Globalisasi yang lahir dari belahan Barat seolah menjadi sebuah imperium yang tidak satu negara pun mampu menghindari. Kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi, beroperasinya institusi-institusi internasional seperti International Monetary Fund (IMF) dan World Bank, serta mekanisme pasar bebas dengan organisasi perdagangan dunianya, telah mendorong globalisasi secara masif dan ekstensif ke berbagai penjuru dunia.

Dalam konteks itu, hegemoni negara-negara adikuasa semakin terasa mengimpit negara berkembang dan menempatkannya pada posisi tidak menguntungkan, demikian halnya ASEAN. Joseph Stiglitz (2002) menyebutkan, globalisasi secara tipikal diartikan dengan penerimaan kapitalisme unggul gaya Amerika Serikat.

Di lain pihak,negara-negara berkembang harus menerima bagian globalisasi jika ingin tetap tumbuh secara ekonomi dan mampu memerangi kemiskinan secara efektif. Ancaman globalisasi jika tidak diartikan secara aktif oleh ASEAN bisa meruntuhkan sendi-sendi kemitraan dan solidaritas yang telah lama terbangun.

Pada perkembangannya, meski ASEAN telah membentuk mekanisme ASEAN Plus Three dengan China, Jepang dan Korea Selatan; East Asia Summit (EAS) dengan negaranegara mitra wicara,seperti AS, Uni Eropa,Australia, Jepang, China, Korea Selatan, dan Rusia.Juga dengan ASEAN Regional Forum (ARF) yang beranggotakan negara-negara besar, tidak mampu menangkal hegemoni dari negara besar itu. China, misalnya, dalam KTT ASEAN ke- 21 di Kamboja, tidak mau kompromi bahwa agenda tentang Laut China Selatan dijadikan sebuah deklarasi bersama ASEAN.

 China tetap pada prinsipnya menolak multilateralisasiklaim tumpang tindih kedaulatan di Laut China Selatan. Krisis ASEAN-China ini berpotensi mengganggu volume perdagangan dan investasi dunia dan kegagalan ASEAN ini berpotensi memecah ASEAN yang selama ini dikenal kohesif dalam berdiplomasi. Lebih-lebih ASEAN selalu mengadvokasi sentralitas ASEAN.

Penopang Pertumbuhan Dunia

Dengan integrasi dan interdependensi yang makin solid dengan kekuatan-kekuatan ekonomi besar di Asia, seperti China, India, Jepang, dan Korea Selatan, ASEAN 2015 berpeluang menjadi bagian penting dari emerging economies yang akan menjadi alternatif pertumbuhan ekonomi dunia pada saat ekonomi AS dan Uni Eropa masih terus dibayangi krisis.

Berdasarkan perkiraan International Monetary Fund (IMF), ekonomi global akan melemah pertumbuhannya hingga menjadi 3,3 persen pada 2012. Bandingkan dengan laju pertumbuhan yang mencapai 5,1 persen pada 2010 dan 3,8 persen pada 2011. Ekonomi Asia yang biasanya perkasa diperkirakan tumbuh lebih rendah pada 2012 atau 2013 menjadi 5,4 persen dan 5,9 persen atau turun 0,6 persen dan 0,7 persen dari proyeksi April 2012.

Emerging economy seperti China dan India yang bertahan pada krisis keuangan global pada 2008 diperkirakan pertumbuhan ekonominya turun. Laju pertumbuhan ekonomi China pada 2012 diperkirakan tinggal menjadi 7,8 persen dan India 4,9 persen.
 Bandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi China 2011 sebesar 9,2 persen dan India 6,8 persen (Sri Adiningsih, 2012). Dalam laporan IMF,saat ini negara-negara yang ekonomi dan industrinya tumbuh cepat (emerging markets), termasuk Indonesia, lebih tahan dibandingkan pada dekade sebelumnya. Bahkan dinyatakan ketahanan perekonomian negara-negara itu luar biasa karena mampu tumbuh tinggi dan lebih ekspansif daripada negara maju. Akan tetapi, pertumbuhan ekonomi di Asia, yang oleh IMF diperkirakan tetap menjanjikan, seharusnya disikapi hati-hati dan lebih jeli lagi.

Betapa tidak, dalam laporan Prospek Ekonomi Dunia di sela-sela pertemuan tahunan dengan Bank Dunia di Tokyo, Jepang, 9 November 2012,IMF memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global menjadi 3,3 persen. Pada Juli 2012, IMF masih memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada level 3,5 persen. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi di Asia pada 2012 tetap menjanjikan, yaitu 6,7 persen dan 7,2 persen pada 2013. IMF juga memperingatkan bahwa perekonomian akan menjadi lebih buruk jika krisis zona euro tidak segera diselesaikan dan Washington gagal memperbaiki fiskalnya.

Pertumbuhan di negara berkembang yang biasanya melaju dengan cepat, seperti China, India, dan Brasil, juga akan melemah (Oliver Blanchard, 2012). Selain IMF, lembaga multilateral lain seperti Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia (ADB), terlebih dulu memangkas perkiraan pertumbuhan global. Gejolak di pasar global dan pemangkasan anggaran di beberapa negara maju juga telah membuat risiko menjadi lebih tersebar di segala penjuru dunia, memperlambat perdagangan dan investasi.

Kegagalan dalam bertindak terhadap beberapa isu akan membuat prospek pertumbuhan akan menjadi lebih buruk lagi (Oliver Blanchard, 2012). Apalagi kendala yang dihadapi struktur ekonomi negara-negara ASEAN masih ada, yang umumnya tidak saling melengkapi, malahan saling bersaing. Misalnya pemasaran komoditi-komoditi tertentu, seperti minyak kelapa sawit antara Malaysia dan Indonesia, karet antaraThailand, Indonesia, dan Malaysia.

Persaingan juga terjadi antara Vietnam dan Indonesia dalam hal kopi robusta, dan antara Indonesia, Myanmar dan Laos dalam hal pemasaran kayu (log) dan kayu jati. Meski dalam sepuluh tahun terakhir negara-negara Asia Tenggara berada di bawah bayang-bayang China dan India, akan tetapi produk domestik bruto (PDB) gabungan 10 negara anggota ASEAN sudah melampaui PDB India, dan bisa menyalip PDB Jepang dalam 16 tahun ke depan. Kekuatan PDB ASEAN telah tumbuh dari sekitar USD600 miliar pada 2000 menjadi USD2,3 triliun tahun ini.

Salah satu faktor yang berpengaruh adalah aktivitas perdagangan dengan China. PDB ASEAN diperkirakan akan menyentuh USD4,7 triliun pada 2020 dan nyaris mencapai USD10 triliun pada 2030. Situasi ekonomi yang menguat di negara-negara besar kawasan ini, termasuk Indonesia, Thailand, Malaysia, dan Filipina, juga diramalkan akan menarik lebih banyak investasi, lapangan kerja, dan merek-merek global ke Asia Tenggara (Rajiv Biswas, 2012). Sampai kapan kiprah Asia dan ASEAN sebagai salah satu penopang ekonomi dunia, pastinya waktulah yang menentukan.

FAUSTINUS ANDREA
Staf Peneliti CSIS, Jakarta
(Koran SI/Koran SI/ade)

Jumat, 16 November 2012

Mengenal Kategori Badai

Badai Sandy telah menghantam pantai timur Amerika Serikat, Selasa (30/10/2012). Berita terbaru, selain mengakibatkan banjir di New York, badai ini juga telah menewaskan 13 orang.

Satu hal yang membuat bingung adalah kekuatan badai ini. Dalam banyak pemberitaan, badai Sandy yang menghantam Amerika Serikat dikatakan masuk dalam kategori 1. Apa sebenarnya maksud kategori 1?

Seperti halnya gempa yang dinyatakan dengan magnitud atau skala Richter, badai juga memiliki satuan. Kekuatan badai dinilai dari kecepatan geraknya yang dinyatakan dalam km/jam atau mil/ jam. Badai dikategorikan berdasarkan Saffir-Simpson Hurricane Scale (SSHS).

SSHS dikembangkan oleh pakar teknik sipil Herbert Saffir dan meteorolog Bob Simpson yang saat itu menjabat direktur National Hurricane Center (NHC) di Amerika Serikat. Skala diperkenalkan kepada publik pada tahun 2973 dan mulai banyak digunakan tahun berikutnya.

Skala badai mulanya dikembangkan Saffir pada tahun 1969 saat ia menyadari sulitnya menyatakan besarnya dampak badai. Saffir kemudian menggolongkan badai dalam lima kategori berdasarkan kecepatan. Simpson kemudian menambahkan faktor banjir dan gelombang badai dalam klasifikasi.

Pada tahun 2009, sedikit perubahan dilakukan pada SSHS. Skala tidak memperhitungkan faktor banjir, lokasi dan curah hujan, hanya memperhitungkan kecepatan angin. Skala ini kemudian disebut Saffir Simpson Hurricane Wind Scale (SSHWS).

Infrormasi NHC, skala SSHWS mulai efektif 15 Mei 2010. Namun, pada tahun 2012, sedikit perubahan kembali dilakukan. Rentang dalam kategori 4 diperluas 1 mil per jam ke atas dan bawah.

Dengan klasifikasi badai berdasarkan kecepatannya, bisa diperkirakan dampak hantaman badai yang terjadi. Lima kategori badai beserta perkiraan dampaknya sesuai dideskripsikan di situs National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) adalah sebagai berikut :

Kategori 1.
Kecepatan 119 - 153 km/jam. Rumah dengan konstruksi baik dapat mengalami kerusakan pada atap. Cabang pohon besar bisa patah. Kerusakan jaringan listrik bisa terjadi.

Kategori 2
Kecepatan 154 - 177 km/jam. Rumah dengan konstruksi baik bisa mengalami kerusakan di atap dan bangunan. Pohon-pohon yang akarnya dangkal bisa tercerabut dan tumbang. Listrik bisa padam dalam hitungan hari ke
Kategori 3
Kecepatan 178 - 208 km/jam. Rumah dengan konstruksi baik bisa mengalami kerusakan atap dan bangunan. Banyak pohon akan tumbang. Listrik dan air sulit didapatkan dalam hitungan hari ke minggu.

Kategori 4
Kecepatan 209 - 251 km/jam. Rumah dengan konstruksi baik bisa mengalami kerusakan parah pada atap dan bangunan. Pohon dan tiang listrik berpotensi tumbang. Pohon mungkin bisa mengisolasi daerah tertentu. Listrik bisa padam dalam hitungan minggu hingga bulan. Banyak daerah tak bisa dihuni dalam beberapa minggu atau bulan.

Kategori 5
Kecepatan lebih dari 252 km/jam. Banyak rumah akan mengalami kerusakan parah dan mungkin rubuh. Banyak wilayah akan terisolasi akibat pohon yang tumbang. Listrik dan air tak dapat didapatkan dalam hitungan minggu hingga bulan. Banyak area tak bisa dihuni.

Badai Sandy saat menghantam Amerika Serikat memiliki kecepatan 75 km/jam. Badai ini bisa mengakibatkan dampak parah sebab bergabung dengan badai dan angin dingin lain yang juga melintasi Amerika Serikat.

Salah satu badai yang mencapai kategori 5 adalah Badai Katrina yang melanda Amerika Serikat pada 23 - 30 Agustus 2005. Kecepatan badai itu mencapai 280 km/jam. Badai tersebut dikatakan menjadi salah satu badai terburuk sepanjang sejarah.

Di bawah badai (hurikan), terdapat pula yang disebut siklon tropis atau depresi tropis. Siklon tropis memiliki kecepatan 63 - 118 km/jam sementara depresi tropis punya kecepatan kurang dari 62 km/jam.
Sumber :
Editor :
yunan

Refleksi Al Gore tentang Badai Sandy

KOMPAS.com — Badai Sandy yang membuat lumpuh kota-kota jantung dunia seperti New York memicu banyak pihak berkomentar dan berefleksi. Refleksi yang muncul antara lain betapa badai tersebut mengingatkan umat manusia akan dampak perubahan iklim.

Al Gore, mantan Wakil Presiden Amerika Serikat, adalah salah satu pihak yang dalam refleksinya mengaitkan kontribusi perubahan iklim dalam besarnya dampak badai Sandy. Meskipun secara ilmiah belum terbukti, ia meyakini bahwa badai Sandy tak cuma dipengaruhi faktor cuaca.

Tulisan Al Gore sebagaimana dimuat dalam blog pribadinya, blog.algore.com adalah sebagai berikut.


Minggu ini, bangsa kita (Amerika serikat-red) dengan penuh kegelisahan melihat bagaimana badai Sandy menghantam Pantai Timur dan menyebabkan kerusakan di banyak wilayah—berdampak pada jutaan orang. Kini lebih dari sebelumnya, tetangga kita membutuhkan bantuan. Tolong pertimbangkan untuk memberikan donasi atau menjadi sukarelawan bagi organisasi kemanusiaan lokal.

Gambaran banjir yang diakibatkan badai Sandy mengingatkan kita pada bencana yang sama—walaupun dalam skala lebih kecil— yang terjadi di Nashville dua tahun lalu. Ada curah hujan tinggi yang menyebabkan banjir, malapetaka, dan menenggelamkan beberapa wilayah di kampung halaman saya. Bagi saya, banjir di Nashville luar biasa. Bagi banyak pihak, badai Sandy membuktikan peristiwa yang sama: waktu di mana krisis iklim—yang kadang terasing jauh dari kesadaran keseharian kita—benar-benar menjadi kenyataan.

Walaupun badai yang menerjang Nashville bukanlah siklon tropis seperti badai Sandy, kedua badai diperkuat oleh perubahan iklim. Ilmuwan mengatakan pada kita bahwa dengan membuang 90 juta ton polusi gas rumah kaca ke atmosfer setiap harinya, kita mengubah lingkungan di mana semua badai terbentuk. Seiring atmosfer dan lautan menghangat, badai akan menjadi lebih berenergi dan kuat. Badai Sandy dan banjir di Nashville mengingatkan kita pada hal tersebut. Bencana lain terkait iklim telah membawa pesan yang sama pada ratusan juta orang.

Badai Sandy juga diakibatkan oleh gejala lain dari krisis iklim. Seiring badai bergerak mendekati Pantai Timur, badai memungut energi dari air lautan yang secara abnormal hangat. Pada saat yang sama, banjir akibat badai diperburuk oleh kenaikan ketinggian permukaan air laut. Ilmuwan mengatakan pada kita bahwa jika kita tidak mengurangi emisi, masalah akan menjadi semakin buruk.

Badai Sandy adalah sinyal bahwa hal tersebut akan terjadi. Kita harus mengindahkan peringatan tersebut dan bergerak cepat menyelesaikan krisis iklim. Energi "kotor" menyebabkan cuaca yang juga "kotor".
Sumber :
Editor :
yunan

Agus Yudhoyono: Saya Tak Lahir Sebagai Anak Presiden

Jakarta - Mayor Infanteri Agus Harimurti Yudhoyono kini menjabat Kepala Operasi Infanteri 17 Brigade Airbone Kostrad TNI AD. Namun hingga kini, Agus lebih banyak dikenal sebagai putra Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ketimbang sosoknya secara personal.

Agus lahir pada 10 Agustus 1978 . Dia memang putra sulung SBY dan Ibu Negara Kristiani Herawati. Seperti ayahnya, ia juga memilih jalur militer, jalur yang beda dengan sang adik, Edhie Baskoro (Ibas) yang aktif berpolitik.

Agus mengakui memang tidak banyak yang mengetahui bagaimana perjalanan hidupnya sebelum sang ayah menjadi Presiden. “Mungkin lebih banyak orang melihat saya saat ini (anak presiden), tetapi tentu sebenarnya saya mengikuti perjalanan karier orang tua dari bawah,” kata Agus.

Bagaimana lulusan Harvard University itu menyikapi pandangan itu? Mengapa ia memilih karier militer? Bagaimana ia memaknai Sumpah Pemuda?

Berikut wawancara Isfari Hikmat dari majalah detik dengan Kepala Operasi Infanteri 17 Brigade Airbone Kostrad TNI AD Mayor Infanteri Agus Harimurti Yudhoyono, M.Sc., M.P.A. di kawasan Cikini, Jakarta Pusat pada Rabu 24 Oktober 2012:

Sekarang Anda dikenal sebagai putra Presiden SBY. Bagaimana Anda menyikapi hal ini?

Memang tidak banyak yang mengetahui bagaimana perjalanan saya sampai dengan hari ini. Mungkin lebih banyak orang melihat saya saat ini (anak presiden), tetapi tentu sebenarnya saya mengikuti perjalanan karier orang tua dari bawah.

Saya tidak terlahir sebagai anak presiden, tetapi saya terlahir sebagai anak seorang perwira muda yang meniti kariernya dari bawah, dengan segala tantangan dan permasalahannya.

Saya rasa itu adalah hal yang indah karena saya banyak belajar dari pengalaman orang tua saya, itu juga membekali perjalanan hidup sejak saya menetapkan profesi sebagai prajurit di lingkungan Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Saya meyakini kedua orang tua saya selalu ingin menempa saya agar jadi manusia yang baik, yang tidak hanya mendapatkan kemudahan. Namun juga meniti karier dan hidupnya dengan tempaan hidupnya yang tidak ringan dan sederhana, dibarengi juga oleh doa mereka agar saya memiliki kekuatan mengatasi rintangan itu.

Mengapa Anda memilih berkarier di militer?

Profesi militer di negara mana pun memiliki tanggung jawab yang besar. Persepsi umum, menjadi prajurit itu sulit. Artinya menghadapi tugas-tugas yang penuh risiko, penuh tantangan. Risiko itu dimulai dari yang paling kecil meninggalkan keluarga, jauh, dan dalam waktu yang cukup lama, sampai dengan risiko kehilangan nyawa di medan pertempuran.

Kalau ditanya kenapa memilih masuk ke sana meski sudah tahu risikonya, itu tidak terlepas dari inspirasi yang diberikan, ditunjukkan orang tua saya, kakek saya. Termasuk anggota keluarga besar lainnya yang tidak sedikit menjadi perwira militer. Kenapa memilih militer, karena militer adalah pekerjaan yang mulia, dengan segala keterbatasan dan kekurangan yang kita miliki. Tentu kita ingin melakukan yang terbaik.

Siapa yang menjadi inspirasi Anda?

Saya terinspirasi dari sosok perwira dan prajurit yang penuh dedikasi, hampir setiap saat, waktu dan energinya diberikan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Dan tugas-tugas itu sekali lagi penuh dengan risiko. Sering saya sejak kecil ditinggal tugas oleh orang tua, saya hanya bertiga dengan ibu dan adik saya, (kami) masih kecil-kecil.

Bahkan saya mengikuti penugasan ayah ketika itu di Timor Timur, menjadi komandan Batalion Satuan Tempur di sana, ketika itu situasinya masih mencekam. Kita menghadapi gangguan separatisme ataupun kelompok yang ingin merdeka ketika itu, saya merasakan betul betapa sulitnya keadaan, dan pengorbanan keluarga tidak sedikit.

Apa yang saya ambil dari cerita panjang tadi, semua profesi baik, semua profesi mulia, apa pun itu. Tetapi memang menjadi prajurit menuntut lebih, dedikasi tanpa kenal batas, unlimited dedication. Karena kita teken kontrak sejak awal, siap menyerahkan jiwa dan raga untuk tugas negara. Tanda tangan.

Saya merinding kalau cerita seperti ini, karena memang itulah yang ditekankan pertama kali ketika masuk akademi militer. Dan itu merupakan nilai dalam kehidupan, juga pada akhirnya. Bahwa dalam setiap kesempatan kita ingin berbuat yang terbaik untuk bisa menjamin kepentingan nasional kita.

Bagaimana Anda memaknai Sumpah Pemuda?

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang unik, beragam latar belakang budaya, agama, dan suku, tapi itulah yang membuat kita indah karena ada pemersatu. Kalau kita bicara soal Sumpah Pemuda itu juga pemersatu kita. Tonggak sejarah yang tidak boleh dilupakan oleh generasi muda kita. Sumpah atau janji itu bahwa kita bertanah air satu, berbangsa satu, berbahasa satu, dalam konteks kekinian harus disikapi secara utuh dan luas. Bukan berarti berbahasa satu, kita tidak boleh berbahasa Inggris kalau begitu, bukan seperti itu.

Justru apa yang kita lakukan lebih baik dari generasi sebelumnya, sehingga kita bisa memiliki kebanggaan dan kecintaan sebagai bangsa Indonesia. Itu esensinya. Bukan berarti tidak boleh bekerja di luar negeri karena tidak cinta Tanah Air. Tetapi dia di luar negeri berbuat yang terbaik mengharumkan citra bangsa Indonesia, dan akhirnya berkontribusi positif pada negeri ini.

Menurut Anda sebagai bagian dari pemuda, apa yang menjadi tugas utama generasi muda?

Tugas utama jelas, kita (generasi muda TNI) ingin menjaga kedaulatan negara kita, NKRI. Kita ingin menjaga integritas teritorial kita agar jangan sampai pecah-pecah. Ditambah lagi kita menjaga agar seluruh rakyat Indonesia dapat menikmati kehidupan perekonomian yang baik, yang juga memiliki kebebasan, dalam artian bebas mengekspresikan dirinya dalam konteks negara demokrasi yang semakin maju dan beradab.

Demokrasi beradab ini bisa dijelaskan lebih lanjut?

Kata beradab ini penting karena tidak ada ukurannya seberapa negara itu beradab, kita terus mengejar. Semakin tinggi tingkat peradaban manusia, artinya bukan hanya menjadi modern tapi juga berbudi pekerti luhur, sesuai dengan nilai-nilai yang ditanamkan oleh para leluhur pendahulu kita.

Bagaimana Anda melihat globalisasi. Seperti apa generasi muda harus menyikapinya?

Tidak bisa menunggu, buat apa menunggu waktu. Zaman semakin cepat. Sepuluh tahun lalu kita tidak bisa membayangkan bagaimana dunia kita sekarang seperti apa. Sepuluh tahun mendatang (akan) luar biasa, lebih kompleks lagi.

Dua puluh tahun mendatang (lebih) luar biasa dinamikanya, kalau kita tidak siap, maka kita hanya menjadi penonton. Lebih buruk lagi kita bisa jadi pecundang. Kita tidak bisa retreat atau mundur dari (era) globalisasi. Justru kita harus cerdas bagaimana melihat peluang yang ditawarkan globalisasi di abad 21.

Kalau kita tidak punya pemahaman itu maka kita menolak mentah-mentah, karena kita takut keluar dari zona kenyamanan atau comfort zone. Karena kita ingin Indonesia saja, tapi tidak bisa karena semua saling terhubung.

Kalau kita bisa menjadi bagian dari konektivitas yang semakin luas dan semakin dalam tadi, maka justru dengan sendirinya kita bisa menarik peluang ke dalam negeri yang pada akhirnya bisa dirasakan bagi masyarakat luas secara umum.

Tapi generasi muda kita masih suka tawuran?

Tawuran tidak sepatutnya harus terjadi, di alam demokrasi ini segala sesuatu permasalahan bisa dikomunikasikan, dicarikan solusinya. Kita harus bisa mengendalikan solusi, saya tahu generasi muda masih mencari jadi dirinya. Tapi ingat, harus disalurkan dengan baik. Peran keluarga penting, peran sekolah penting, peran civil society seperti pemuka agama, tokoh masyarakat, dan sebagainya harus bisa menjadikan masyarakat yang rukun.

Dengan kondisi saat ini, apakah masih bisa generasi muda kita bersaing?

Pasti. Karena Indonesia masih bisa bersaing, dan pemuda tidak kalah bahkan masih bisa unggul dengan negera-negara lain.

(mad/mad) detiknews.com

Belajar Koperasi Ke Venezuela

Dulu, siapa mau belajar koperasi, datanglah ke Skandinavia (Denmark, Swedia, dan Norwegia). Bung Hatta melakukan hal itu pada tahun 1925. Sekarang, anda bisa belajar koperasi di negara-negara Amerika Latin. Khususnya: Venezuela!
Venezuela sedang menjalankan revolusi. Menariknya, dalam kerangka revolusi di lapangan ekonomi, Chavez telah menekankan koperasi sebagai salah satu alatnya. Bagi Venezuela, salah satu aspek revolusi adalah demokrasi ekonomi. Dan, salah satu wujud demokrasi ekonomi ini adalah pemilikan alat-alat produksi di tangan rakyat. Koperasi adalah salah satu alatnya.
Sebelum Chavez berkuasa di tahun 1998, jumlah koperasi di Venezuela hanya 762 unit. Sebagian besar koperasi dilibas oleh kebijakan neoliberal di bawah pemerintahan Carlos Andres Perez. Ia menjadi Presiden Venezuela selama dua periode: 1974-1979 dan 1989-1993. Dalam dua dekade di bawah rezim neoliberal, PDB Venezuela meluncur bebas ke bawah. Kesenjangan sosial melebar. Hampir 80% penduduk hidup dalam kemiskinan dan separuh angkatan kerja terlempar ke sektor informal.
Chavez berkuasa pada tahun 1998. Setahun kemudian, tepatnya 1999, sebuah konstitusi baru sudah dibuat: konstitusi Bolivarian. Bagi rakyat Venezuela, konstitusi Bolivarian telah mengembalikan hak-hak rakyat Venezuela. Tak hanya itu, konstitusi juga menjamin partisipasi rakyat dalam ekonomi dan politik.
Konstitusi Bolivarian menjamin setiap rakyat Venezuela, baik laki-laki maupun perempuan, untuk terlibat dalam memutuskan, mengeksekusi (menjalankan), dan mengontrol kebijakan publik. Pada pasal 118 dan 308 ditegaskan, negara harus aktif mempromosikan dan melindungi koperasi.
Tahun 2001, Chavez mulai meluncurkan program koperasi. Ia mengeluarkan UU khusus soal koperasi, dimana koperasi diletakkan sebagai alat inklusi sosial. Lalu, pemerintah mulai menggelontorkan pinjaman tanpa bunga dan menghapus pajak untuk koperasi.
Berkat UU itu, koperasi langsung tumbuh di Venezuela: hampir 1000-an koperasi pada tahun 2001, dan kemudian meningkat menjadi 2000-an tahun berikut. Lalu, pada tahun 2003, koperasi Venezuela sudah berjumlah 8000-an.
Di bidang pertanian, koperasi juga dipromosikan. UU pertanahan disahkan pada tahun 2001, dan itu memberikan legitimasi hukum kepada rakyat untuk menduduki tanah-tanah kosong di seluruh negeri. Pada awalnya, ketika rakyat menduduki tanah-tanah itu, tuan tanah dan milisi bersenjata melawan. Banyak petani yang menjadi korban. Pemerintah pun turun tangan untuk mengatasi hal itu.
Begitu petani berhasil menduduki tanah, pemerintah mendorong mereka segera membentuk koperasi-koperasi. Pada tahun 2004, ada 945,517 orang petani yang sudah bergabung dalam asosiasi koperasi. Lalu, 5 juta hektar tanah didistribusikan kepada 116.000 keluarga petani di dalam koperasi.
Pada tahun 2004, pemerintahan Chavez meluncurkan program Misión Vuelvan Caras, yakni sebuah program yang berusaha memfasilitasi rakyat Venezuela agar bisa berproduksi dan keluar dari kemiskinan. Program ini juga melatih jutaaan rakyat Venezuela agar mereka punya keterampilan dan pengetahuan.
Sebagian besar alumnus dari Misión Vuelvan Caras didorong untuk mengorganisir uni-unit produksi di komunitasnya. Alhasil, puluhan ribu koperasi baru pun berdiri. Pada tahun 2007, program ini diubah menjadi “Mission Che Guevara”. Selain menekankan pendidikan, Mission Che Guevara juga mendorong pesertanya untuk memahami konsep Perusahaan Produksi Sosial (EPS), yakni sebuah pengorganisasin unit produksi yang berorientasi sosial (rakyat), partisipatif, dan demokratis.
Antara Maret 2004 hingga Agustus 2007, “Mission Che Guevara” menghasilkan 670 ribu luluasan. Dan, sekalipun tidak ditekankan untuk membangun koperasi, luluasan itu telah membangun lebih dari 10.000 koperasi baru.
Pada tahun 2004, pemerintahan Chavez juga membentuk kementerian khusus untuk menangani ekonomi rakyat, yaitu Kementerian Ekonomi Kerakyatan (MINEP). Kementerian inilah yang mempromosikan pembangunan usaha mikro, koperasi, dan unit-unit produksi mandiri lainnya. Mereka pula yang menyalurkan kredit, melatih (melalui program Misión Vuelvan Caras), dan lain-lain.
Meski demikian, seperti diakui SUNACOOP (lembaga pengawas koperasi), proyek koperasi di Venezuela masih terbelit banyak hambatan, seperti kurangnya pemahaman soal nilai-nilai ideologis koperasi, kemampuan administrasi, pengambilan keputusan yang tidak demokratis, dan lain-lain.
Venezuela memang tak mau membangun koperasi abal-abal. Seperti kritik marxis terkenal Jerman, Rosa Luxemburg, koperasi tak bisa diharapkan sebagai alternatif terhadap kapitalisme. Sebab, kata dia, koperasi tidak menentang kapitalisme dalam praktek ekonominya (koperasi tetap beroperasi dalam pasar berbasikan permintaan dan penawaran pasar, mengejar keuntungan, dan ada kompetisi).
Venezuela tak mau konsep koperasi itu. Karena itu, Venezuela mempromosikan koperasi alternatif, yang berbasiskan partisipasi, demokrasi di tempat kerja, dan menempatkan pemenuhan kebutuhan rakyat sebagai prioritas. Karena itu, sebagian besar koperasi diintegrasikan dalam dewan-dewan komunal.
Koperasi sedang tumbuh di Venezuela. Pada tahun 2008, jumlah koperasi di Venezuela sudah mencapai 62,879, yang menghimpun 873,000 anggota. Ini dianggap yang terbesar di Amerika Latin.
Ini baru awal dari sebuah kesuksesan. Banyak kesulitan dan tantangan pula yang menyertainya. Chavez percaya pada kata-kata gurunya, Simon Bolivar: Jika kita tidak mencoba, maka kita telah membuat kesalahan. Dan Venezuela sudah mencobanya!
Kusno, anggota biasa Partai Rakyat Demokratik (PRD)

Minggu, 11 November 2012

Definisi Budaya Politik

     Setiap bangsa pasti memiliki suatu budaya politik. Secara terninologis Budaya politik adalah suatu nilai dan keyakinan yang dimiliki bersama oleh masyarakat, namun setiap unsur masyarakat berbeda pula budaya politiknya. Sedangkan menurut para ahli, yaitu :

-Almond and Verba, budaya politik adalah suatu sikap orientasi khas warga negara terhadap sistem politik dan aneka ragam bagiannya serta sikap terhadap peranan warga negara yang ada di dalam sistem itu. Lebih kepada mengidentifikasikan diri dengan simbol-simbol dan lembaga kenegaraan.

-Alan R Ball , Budaya politik adalah suatu susunan yang terdiri dari sikap, kepercayaan, emosi dan nilai-nilai masyarakat yang berhubungan dengan sistem politik dan isu politik.

Seacara umum dapat disimpulkan bahwa budaya politik adalah bagian dari ciri-ciri yang khas meliputi legitimasi, pengaturan kekuasaan, proses pembuatan kebijakan, kegiatan partai politik, pelaku aparat negara serta gejolak masyarakat terhadap kekuasaan yang memerintah.

Adapun komponen-komponen dalam budaya politik, menurut Almond dan verba, yaitu :

  1. Orientasi kognitif  : berupa pengetahuan tentang dan kepercayaan pada politik, peranan dan gejala kewajibannya serta input dan output.
  2. Orientasi afektif : perasaan terhadap sistem politik pada aktor dan penampilnya.
  3. Orientasi evaluatif : keputusan dan pendapat tentang objek-objek politik secara tipikal melibatkan standar nilai dan kriteria dengan informasi dan perasaan.
Selain itu, terdapat beberapa tipe budaya politik, yaitu :
  1. Militan : perbedaan dijadikan usaha jahat dan menentang bukan mencari alternatif. Bila terjadi krisis yang dicari adalah kambing hitam, bukan peraturan yang salah dan masalah yang mempribadi selalu sensitif dan membakar emosi.
  2. Toleransi : berpusat pada pemikiran masalah atau ide yang harus dinilai, membuka pintu kerjasama, sikap netral dan kritis terhadap ide orang tapi bukan curiga. Dari realitas budaya politik yang berkembang di dalam masyarakat, Gabriel Almond  mengklasifikasikan budaya politik sebagai berikut :
a.       Budaya politik parokial (parochial political culture), yaitu tingkat partisipasi politiknya sangat rendah, yang disebabkan faktor kognitif (misalnya tingkat pendidikan relatif rendah).
b.      Budaya politik kaula (subyek political culture), yaitu masyarakat bersangkutan sudah relatif maju (baik sosial maupun ekonominya) tetapi masih bersifat pasif. 
 c.      Budaya politik partisipan (participant political culture), yaitu budaya politik yang    ditandai dengan kesadaran politik sangat tinggi.

Senin, 05 November 2012

MISTERI BANGSA TROY

Troy merupakan sebuah kota kuno dalam kitab Iliad,epik terkenal karangan penyair Yunani kuno Homer. Kota dan peradaban ini pernah dianggap sebagai mitos dan khayalan semata, sama persis dengan kisah-kisah tentang peradaban Atlantis dan Lemuria.
Namun pandangan tersebut akhirnya tumbang,bermula setelah seorang cendekiawan Inggris, Charles McClaren,pada tahun 1822 berpendapat bahwa Troy yang dimaksud Homer kemungkinan besar berada di Turki.Dia menunjuk sebuah gundukan tanah luas yang disebut Hisarlik dekat Dardanella,yaitu sebuah kawasan di laut sempit yang menghubungkan Laut hitam dan Aegea.
Setelah itu seorang arkeolog Jerman,Heinrich Schiliemann,mulai mengadakan penggalian terhadap gundukan di Hisarlik pada tahun 1871. Baru pada 1873,Schliemann berhasil menemukan sisa-sisa sebuah kota yang sangat kuno yang ia percayai sebagai reruntuhan peradaban Troy.
Selain itu,ia bersama para krunya juga menemukan harta karun emas dan perak yang ia sebut sebagai harta karun Priam,sesuai dengan legenda Raja Troy yaitu Priam yang disebutkan dalam epik karangan Homer, Iliad. Namun sayangnya,harta-harta karun tersebut malah ia selundupkan keluar Turki untuk membawanya ke Eropa.
Sembilan Lapisan Kota Troy yang telah porak-poranda Pada tahun 1876,Schliemann kembali melakukan penggalian di kawasan Mycenae,Yunani.Dia menemukan apa yang dia pikirkan sebagai makam Agamemnon,seorang Raja musuh bangsa Troy dalam Epik Iliad.
Baru pada tahun 1890-an,Wilhem Dorpfield menunjukkan bahwa gundukan di kawasan
Hisarlik tersusun dari sembilan lapisan sisa-sisa kota,dari penemuan ini bisa kita ketahui bahwa sangat tua umur peradaban Troy itu,mungkin berada satu era dengan peradaban Atlantis.
Lebih lanjutnya ia mengatakan kemungkinan peradaban tersebut berakhir dengan sempurna dikarenakan kota ini dihancurkan oleh gempa bumi dan air bah dasyat yang terjadi selama sembilan kali.Setiap orang yang selamat kembali membangun di atas reruntuhan kota tersebut. Schliemann menganggap bahwa Troy yang dikatakan oleh Homer mungkin adalah Troy II (2), yaitu lapisan reruntuhan kota ke-dua dari bawah. Sedangkan menurut Dorpfield berpendapat itu adalah Troy ke-VI. Masa Troy 5 menurut para peneliti mungkin berasal dari zaman perunggu (sekitar 3000 SM-1900 SM),sedangkan sampai saat ini belum ada penjelasan mengenai Peradaban Troy keberapakah yang dimaksudkan Homer dalam Iliad-nya.Yang pastinya peradaban tersebut mungkin benar adanya berasal dari era ke-2/ke-3 yaitu ketika berada di zaman es 11.000-10.000 tahun yang lalu.
Sekarang, teka-teki suatu peradaban yang dulunya dianggap hanyalah sebuah mitos telah berhasil dipecahkan dan ditemui kebenarannya,tinggal menunggu perkembangan dari pencarian reruntuhan terhadap peradaban Atlantis dan Lemuria.

 :http://vanos.student.umm.ac.id