Peace be upon us !!
Sebenarnya konflik antara bangsa yahudi dan Palestina ini sudah terjadi sejak dahulu kala, yaitu ketika Daud melawan Golliath dari bangsa filistin yang konon nama kuno dari bangsa Palestina. Namun itu masih menjadi perdebatan. Jadi betapa kunonya konflik Israel-Palestina ini bahkan mungkin sampai kiamat akan tetap berkonflik.
Berdasarkan sejarah, bangsa Yahudi memang sudah ada di Palestina namun dalam populasi yang sedikit. Sebelum PD I, Palestina dikuasai oleh Turki Ottoman selama lebih dari 400 tahun. Dibawah rezim ottoman, kondisi terbilang aman dan jauh dari kekerasan yang sangat berbeda ketika berada di bawah kolonialisasi Inggris.
Pada waktu itu sekitar abad 19, orang yahudi masih banyak tersebar di Eropa, terutama di imur dan tengah. kehidupan mereka sangat menyedihkan, selalu mengalami penindasan, penyiksaan serta pembunuhan yang jumlahnya sangat banyak. Seperti di Ukraina yang menewaskan 10.000 bangsa yahudi belum lagi di negara-negara eropa lainya.
Ketika PD I (1914-1918) bergejolak di eropa, negara yang dominan waktu itu adalah Jerman melawan Inggris dan Prancis, sedangkan Turki Ottoman yang juga ikut dalam konflik itu lebih memilih bersekutu dengan Jerman, sehingga menjadikan musuh alami Inggris dan Prancis. Selagi mereka berkonflik, dua bangsa besar arab dan yahudi selalu mengamati perkembangan yang terbaru mengenai konflik di Eropa sana. Bahkan kedua bangsa itu dengan membawa kepentingan masing-masing bekerja sama untuk mendepak Turki Ottoman dari Timur Tengah. Bangsa arab dibawah pemimpin Mekkah Hussain bin Ali memutuskan untuk bersekutu dengan Inggris dengan syarat jika perang berakhir, Inggris harus mengakui kemerdekaan negara-negara arab namun Inggris dan Prancis sebelumnya telah menandatangani perjanjia Sykes-Picot (1917) yang isinya pembagian lahan bekas jajahan Turki ottoman. Disini bangsa arab tertipu.
Sedangkan pemimpin komunitas yahudi di Inggris, Baron Rothschild menemui dan melobi menlu Inggris pada waktu itu Arthur James Balfour yang pada 2 November 1917 keluar deklarasi Balfour yang berisi pemerintah Inggris akan memberikan rumah bagi bangsa yahudi di Palestina dengan syarat tidak mengganggu hak keagamaan dan warga sipil non-yahudi disana. Inilah awal mula akses menuju konflik.
Dipenghujung PD I dengan kekalahan Turki Ottoman dan sekutu dibutlah perjanjian damai Sevres pada 10 Agustus 1920 dimana isi deklarasi balfour dimasukan di dalamnya. Sesuai dengan perjanjian Skyes-Picot, Prancis memdapatkan Suriah dan Lebanon sedangkan Inggris mendapat Irak dan Palestina. Irak dipercayakan pada Faisal anak dari Hussain bin Ali sebagai raja Irak lalu Palestina tetap di bawah Inggris. Palestina dibagi menjadi dua, yaitu wilayah Transjordan di pimpin oleh Abdulloh anak Husaain bin Ali dan tepi barat langsung oleh Inggris.
peningkatan jumlah Imigran besar-besaran terjadi selama tahun 1919-1926 yang mencapai 90.000 orang dengan menempati tanah-tanah yang dibeli Zionis secara legal dari para tuan tanah arab, namun karena semankin banyaknya warga yahudi yang datang akhirnya terjadi perebutan lahan yang menyebabkan pertumpahan darah. Sebenarnya, Otoritas Inggris melarang membeli tanah, akan tetapi terlalu banyak imigran illegal sehingga susah untuk diatur atau diusir. Oleh karena itu, warga lokal menentang penjualan tanah tersebut kepada para imigran namun tetap dilanggar. Sehingga warga arab Palestina tersingkirkan dan melakukan perlawanan sampai saat ini.
Ada juga sumber yang menyebutkan kalau konflik itu bukan karena yahudinya, akan tetapi pada masa kekuasaan Turki Ottoman, bangsa yahudi yang pindah ke Palestina itu pendatang dari yahudi Rusia, dimana dulu sempat terjadi perang di kawasan balkan antara Turki Ottoman melawan Russia. Yang ditakutkan Turki adalah mereka menjadi perpanjangan tangan dari pemerintah Russia, lalu mereka dianggap bangsa Russia eropa bukan karena mereka adalah yahudi.
sumber: berbagai sumber.
0 komentar:
Posting Komentar