Dulu, siapa mau belajar koperasi, datanglah ke Skandinavia (Denmark,
Swedia, dan Norwegia). Bung Hatta melakukan hal itu pada tahun 1925.
Sekarang, anda bisa belajar koperasi di negara-negara Amerika Latin.
Khususnya: Venezuela!
Venezuela sedang menjalankan revolusi. Menariknya, dalam kerangka
revolusi di lapangan ekonomi, Chavez telah menekankan koperasi sebagai
salah satu alatnya. Bagi Venezuela, salah satu aspek revolusi adalah
demokrasi ekonomi. Dan, salah satu wujud demokrasi ekonomi ini adalah
pemilikan alat-alat produksi di tangan rakyat. Koperasi adalah salah
satu alatnya.
Sebelum Chavez berkuasa di tahun 1998, jumlah koperasi di Venezuela
hanya 762 unit. Sebagian besar koperasi dilibas oleh kebijakan
neoliberal di bawah pemerintahan Carlos Andres Perez. Ia menjadi
Presiden Venezuela selama dua periode: 1974-1979 dan 1989-1993. Dalam
dua dekade di bawah rezim neoliberal, PDB Venezuela meluncur bebas ke
bawah. Kesenjangan sosial melebar. Hampir 80% penduduk hidup dalam
kemiskinan dan separuh angkatan kerja terlempar ke sektor informal.
Chavez berkuasa pada tahun 1998. Setahun kemudian, tepatnya 1999,
sebuah konstitusi baru sudah dibuat: konstitusi Bolivarian. Bagi rakyat
Venezuela, konstitusi Bolivarian telah mengembalikan hak-hak rakyat
Venezuela. Tak hanya itu, konstitusi juga menjamin partisipasi rakyat
dalam ekonomi dan politik.
Konstitusi Bolivarian menjamin setiap rakyat Venezuela, baik
laki-laki maupun perempuan, untuk terlibat dalam memutuskan,
mengeksekusi (menjalankan), dan mengontrol kebijakan publik. Pada pasal
118 dan 308 ditegaskan, negara harus aktif mempromosikan dan melindungi
koperasi.
Tahun 2001, Chavez mulai meluncurkan program koperasi. Ia
mengeluarkan UU khusus soal koperasi, dimana koperasi diletakkan sebagai
alat inklusi sosial. Lalu, pemerintah mulai menggelontorkan pinjaman
tanpa bunga dan menghapus pajak untuk koperasi.
Berkat UU itu, koperasi langsung tumbuh di Venezuela: hampir 1000-an
koperasi pada tahun 2001, dan kemudian meningkat menjadi 2000-an tahun
berikut. Lalu, pada tahun 2003, koperasi Venezuela sudah berjumlah
8000-an.
Di bidang pertanian, koperasi juga dipromosikan. UU pertanahan
disahkan pada tahun 2001, dan itu memberikan legitimasi hukum kepada
rakyat untuk menduduki tanah-tanah kosong di seluruh negeri. Pada
awalnya, ketika rakyat menduduki tanah-tanah itu, tuan tanah dan milisi
bersenjata melawan. Banyak petani yang menjadi korban. Pemerintah pun
turun tangan untuk mengatasi hal itu.
Begitu petani berhasil menduduki tanah, pemerintah mendorong mereka
segera membentuk koperasi-koperasi. Pada tahun 2004, ada 945,517 orang
petani yang sudah bergabung dalam asosiasi koperasi. Lalu, 5 juta hektar
tanah didistribusikan kepada 116.000 keluarga petani di dalam koperasi.
Pada tahun 2004, pemerintahan Chavez meluncurkan program Misión Vuelvan Caras,
yakni sebuah program yang berusaha memfasilitasi rakyat Venezuela agar
bisa berproduksi dan keluar dari kemiskinan. Program ini juga melatih
jutaaan rakyat Venezuela agar mereka punya keterampilan dan pengetahuan.
Sebagian besar alumnus dari Misión Vuelvan Caras didorong
untuk mengorganisir uni-unit produksi di komunitasnya. Alhasil, puluhan
ribu koperasi baru pun berdiri. Pada tahun 2007, program ini diubah
menjadi “Mission Che Guevara”. Selain menekankan pendidikan,
Mission Che Guevara juga mendorong pesertanya untuk memahami konsep
Perusahaan Produksi Sosial (EPS), yakni sebuah pengorganisasin unit
produksi yang berorientasi sosial (rakyat), partisipatif, dan
demokratis.
Antara Maret 2004 hingga Agustus 2007, “Mission Che Guevara”
menghasilkan 670 ribu luluasan. Dan, sekalipun tidak ditekankan untuk
membangun koperasi, luluasan itu telah membangun lebih dari 10.000
koperasi baru.
Pada tahun 2004, pemerintahan Chavez juga membentuk kementerian
khusus untuk menangani ekonomi rakyat, yaitu Kementerian Ekonomi
Kerakyatan (MINEP). Kementerian inilah yang mempromosikan pembangunan
usaha mikro, koperasi, dan unit-unit produksi mandiri lainnya. Mereka
pula yang menyalurkan kredit, melatih (melalui program Misión Vuelvan Caras), dan lain-lain.
Meski demikian, seperti diakui SUNACOOP (lembaga pengawas koperasi),
proyek koperasi di Venezuela masih terbelit banyak hambatan, seperti
kurangnya pemahaman soal nilai-nilai ideologis koperasi, kemampuan
administrasi, pengambilan keputusan yang tidak demokratis, dan
lain-lain.
Venezuela memang tak mau membangun koperasi abal-abal. Seperti kritik
marxis terkenal Jerman, Rosa Luxemburg, koperasi tak bisa diharapkan
sebagai alternatif terhadap kapitalisme. Sebab, kata dia, koperasi tidak
menentang kapitalisme dalam praktek ekonominya (koperasi tetap
beroperasi dalam pasar berbasikan permintaan dan penawaran pasar,
mengejar keuntungan, dan ada kompetisi).
Venezuela tak mau konsep koperasi itu. Karena itu, Venezuela
mempromosikan koperasi alternatif, yang berbasiskan partisipasi,
demokrasi di tempat kerja, dan menempatkan pemenuhan kebutuhan rakyat
sebagai prioritas. Karena itu, sebagian besar koperasi diintegrasikan
dalam dewan-dewan komunal.
Koperasi sedang tumbuh di Venezuela. Pada tahun 2008, jumlah koperasi
di Venezuela sudah mencapai 62,879, yang menghimpun 873,000 anggota.
Ini dianggap yang terbesar di Amerika Latin.
Ini baru awal dari sebuah kesuksesan. Banyak kesulitan dan tantangan
pula yang menyertainya. Chavez percaya pada kata-kata gurunya, Simon
Bolivar: Jika kita tidak mencoba, maka kita telah membuat kesalahan. Dan Venezuela sudah mencobanya!
Kusno, anggota biasa Partai Rakyat Demokratik (PRD)
0 komentar:
Posting Komentar