KOMPAS.com - Nilai tukar mata uang suatu negara
ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor intern dan faktor ekstern, baik
itu kondisi ekonomi, situasi politik, dan sentimen lainnya. Seluruh
faktor mengenai negara akan berpengaruh pada pergerakan mata uang negara
tersebut baik itu berdampak banyak atau sedikit.
Namun dalam
pasar forex terdapat mata uang yang harganya dinilai oleh hanya satu
faktor yaitu ekspor. Mata uang ini dalam forex disebut dengan mata uang
komoditas. Mata uang komoditas adalah mata uang yang berasal dari
negara-negara yang merupakan eksportir bahan baku atau sumber daya alam
yang dimilikinya.
Spesifikasi mata uang komoditas adalah ekonomi
negara tersebut bedasarkan pada ekspor dari tipe barang mentah tertentu
seperti minyak, gas, logam, dan produk pertanian. Secara umum pengertian
ini berlaku tidak hanya bagi negara-negara berkembang pengekspor sumber
daya alam/ bahan baku seperti Burundi, Tanzania atau Papua Nugini,
namun juga berlaku bagi negara-negara industri maju pengekspor komoditi
seperti Australia, Kanada dan Selandia Baru.
Dengan pengertian tersebut maka pada dasarnya terdapat banyak mata uang yang dapat dikatakan sebagai commodity currency.
Mata uang yang paling aktif diperdagangkan di pasar forex adalah Dollar
Selandia Baru (NZD=Dollar Kiwi), Dollar Australia (AUD=Aussie) dan Dollar Kanada (CAD=Loonie). Sehingga relevansi istilah commodity currency dalam perdagangan forex lebih condong kepada ketiga mata uang tersebut.
Mata uang ketiga negara itu juga dikenal sebagai commodity dollars atau Comdolls,
karena ketiga negara tersebut memiliki mata uang yang bernama Dolar.
Bagi negara-negara penghasil bahan baku dalam jumlah besar, kenaikan
dari harga komoditi memungkinkan nilai tukar mata uang negara tersebut
juga ikut naik, dan begitu juga sebaliknya.
Dollar Australia dan pergerakan harga emas
Salah
satu negara penghasil komoditi terbesar dan memiliki mata uang yang
aktif diperdagangkan adalah Australia. Saat ini Australia merupakan
negara terkemuka dalam pertambangan dan memiliki cadangan besar dunia
untuk emas, brown coal, timbal, nikel, tembaga dan perak.
Sementara komoditas dari Australia berupa batubara, LNG, bijih besi,
tembaga, intan dan mineral lainnya menjadi bahan baku untuk pembangunan
negara-negara lain di dunia.
Dengan kepemilikan sumber daya yang
melimpah, banyak investor yang menanamkan modalnya di sektor sumber daya
alam Australia, dan telah memberikan kontribusi signifikan terhadap
kemakmuran Australia. Sepanjang tiga tahun terakhir, sektor ini telah
berkontribusi sekitar 18 persen dari PDB, 42 persen dari pendapatan
ekspor dan lumbung pendapatan pajak perusahaan. Pendapatan dari sektor
ini banyak direinvestasikan kembali pada proyek-proyek infrastruktur dan
sumberdaya alam lainnya. Kunci utama untuk menarik investasi besar dan
jangka panjang ke Australia adalah kemampuannya menyediakan rezim
perpajakan yang stabil dan kompetitif.
Emas adalah salah satu
komoditi yang menjadi andalan Australia dan memiliki porsi lebih dari 50
persen dari nilai ekspor total negara tersebut. Komoditi emas
memberikan kontribusi besar bagi produk domestik bruto (PDB) Australia,
sehingga kenaikan dan penurunan harga emas, dapat mempengaruhi arah
dollar Australia. Hal ini menyebabkan fluktuasi nilai emas memiliki
pengaruh yang sangat signifikan terhadap perekonomian Australia dan
pergerakan mata uang dollar Australia. Bahkan pergerakan emas dapat
dijadikan dasar atau langkah bagi pelaku pasar untuk memprediksi
pergerakan pairs AUD/USD.
Dalam dunia keuangan, emas dipandang sebagai safe haven melawan
inflasi dan juga merupakan komoditi yang paling sering diperdagangkan.
Namun pasokan emas di pasar dunia tidak sejalan dengan jumlah permintaan
yang terus mengalami peningkatan. Sejumlah merger dan penutupan tambang
menggambarkan bagaimana pasokan emas berkurang.
Produksi tambang
emas baru meningkat sekitar 3 persen pada tahun 2010, hingga menjadi
sekitar 2.652 ton. Hal tersebut disebabkan karena beberapa tambang skala
besar baru mulai beroperasi. Meskipun adanya peningkatan tersebut,
bagaimanapun, produksi tambang emas telah menurun sejak awal tahun 2000,
sehingga meski terjadi peningkatan pada produksi emas, namun tetap
tidak mampu memenuhi permintaan konsumen akan emas.
Jumlah
permintaan yang terus meningkat terutama dari China dan India membuat
investor beralih pada produk emas sebagai peluang investasi dan
mendorong harga emas kian menjulang tinggi. Selain meningkatnya
permintaan, faktor lain yang menyebabkan harga emas melejit adalah lahan
penambangan emas sudah tidak ada. Semua emas sudah digali dan para
penambang sekarang harus menggali lebih dalam untuk mengakses cadangan
emas berkualitas.
Fakta bahwa emas lebih menantang untuk diakses
menimbulkan masalah tambahan, yang antara lain adalah para penambang
akan terkena bahaya tambahan dan dampak lingkungan yang akan meningkat.
Singkatnya, akan ada biaya lebih mahal untuk mendapatkan emas yang lebih
sedikit. Hal ini akan menambah biaya produksi tambang emas hingga
mengakibatkan kenaikan yang tajam pada harga emas.
Australia yang
merupakan produsen emas terbesar ketiga, jelas sangat terpengaruh oleh
nasib harga emas, begitu pula dengan mata uangnya. Apabila terjadi
kenaikan pada harga emas maka diprediksi hampir selalu memberikan
apresiasi bagi dollar Australia. Begitu pula sebaliknya bila terjadi
penurunan pada harga emas maka akan memberikan pelemahan bagi dollar
Australia dan sebagian besar mata uang negara lainnya, yang menjadikan
emas sebagai commodity currency, seperti Selandia Baru.
Kedekatan jarak Selandia Baru membuat Australia dipilih menjadi tujuan
ekspor barang-barang Selandia Baru. Oleh karena itu, kesehatan ekonomi
Selandia Baru berhubungan erat dengan kesehatan ekonomi Australia.
Dengan melihat pola pergerakan antara harga komoditi emas dan Aussie maka pada masa normal pergerakan naiknya harga emas seiring dengan menguatnya Aussie
terhadap dollar AS. Sementara pada periode krisis keuangan global
sekitar tahun 2008-2009, hubungan tersebut agak sedikit terganggu.
Selama masa ketidakpastian atau resesi ekonomi, banyak investor beralih
ke investasi emas karena daya tahan nilainya. Emas sering dianggap aman
bagi investor pada saat kondisi ekonomi tidak menentu. Ketika
pengembalian aktual yang diharapkan dari ekuitas, obligasi, dan real
estate jatuh, minat dalam investasi emas meningkat, sehingga akan
menaikkan harganya.
Emas dapat digunakan sebagai lindung nilai
terhadap mata uang, devaluasi inflasi atau deflasi. Selain itu, emas
dipandang sebagai perlindungan dari ketidakstabilan politik, sebagaimana
dibuktikan oleh kerusuhan baru-baru ini di Timur Tengah dan Afrika
Utara, yang mungkin ikut memberikan pengaruh atas rally emas baru-baru
ini ke level tertinggi baru.
Fluktuasi dollar Australia dan dollar AS
Saat ini Aussie merupakan
mata uang yang banyak diperdagangkan di pasar valuta asing selain USD,
euro, yen, dan pound sterling. Seiring dengan melonjaknya harga emas, Aussie pun
ikut mengalami apresiasi tajam. Pada tanggal 15 Oktober 2010, dollar
Australia mencapai paritas dengan dollar AS untuk pertama kalinya sejak
menjadi mata uang yang bebas diperdagangkan. Mata uang dollar Australia
kemudian diperdagangkan di atas paritas untuk periode selanjutnya yang
dimulai pada bulan November 2010, dan terus mengalami fluktuasi hingga
sekarang.
Pada tanggal 27 Juli 2011 Dolar Australia mencapai rekor
tertinggi terhadap dollar Amerika yang diperdagangkan pada 1,1080
dollar terhadap dollar AS. Beberapa analis pasar uang bahkan menyatakan
bahwa Aussie bisa naik hingga 1,70 dollar AS pada tahun 2014.
Melambungnya harga komoditas merupakan pendorong terbesar bagi apresiasi
dollar Australia.
Fluktuasi nilai dollar Australia pada tahun
2011 sangat terkait dengan permasalahan krisis utang negara Eropa, dan
hubungan yang kuat antara Australia dengan importir di Asia khususnya
Cina. Hal ini berarti perubahan nilai tukar dollar Australia terjadi
dengan cara yang berlawanan dengan mata uang lainnya, dimana banyak mata
uang yang terdepresiasi sebagai dampak terjadinya krisis keuangan di
Eropa dan perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia. Kondisi tersebut
membuka peluang yang lebih lebar lagi bagi apresaisi dollar Australia.
Inilah saatnya bagi para investor untuk mengambil atau menambah porsi
Aussie pada portofolionya untuk menghindari atau mengurangi kerugian
yang disebabkan oleh uncertainty kondisi global. (Klara Pramesti, Treasury Research Analyst BNI)
0 komentar:
Posting Komentar