Salahuddin terkenal di dunia Muslim dan Kristen karena kepemimpinan, kekuatan militer, dan sifatnya yang ksatria dan pengampun pada saat ia berperang melawan tentara salib. Sultan Salahuddin Al Ayyubi juga adalah seorang ulama. Beliau memberikan catatan kaki dan berbagai macam penjelasan dalam kitab hadits Abu Dawud.
Pendidikan pertama diterima Salahudin dari sang ayah yang namanya cukup tersohor, yakni Najamuddin al-Ayyubi. Sang paman yang juga dikenal sebagai sosok yang gagah berani, Asaduddin Sherkoh – Panglima Angkatan Perang Mesir — juga turut pula membentuk keperibadian Salahudin. Kedua orang yang paling berpengaruh dalam hidupnya itu merupakan pembantu dekat Raja Syria Nuruddin Mahmud.
Sepeninggal Sherkoh, Salahuddin diangkat menjadi Perdana Menteri Mesir. Salahudin begitu disenangi rakyat Mesir, karena sifatnya yang pemurah, adil dan bijaksana itu. Tak lama kemudian, kabar duka datang dari Syria, Nuruddin Mahmud yang termasyhur itu meninggal dunia pada tahun 1174 M dan digantikan oleh putranya yang berumur 11 tahun bernama Malikus Saleh yang diperalat pejabat tinggi.
Salahuddin mengirimkan utusan kepada Malikus Saleh dengan menawarkan jasa baktinya dan ketaatannya, namun ditolak. Suasana ketidakpastian itu memberi angin kepada tentara Salib. Ibukota kerajaan pun jatuh ke tangan tentara Salib. Peristiwa itu membuat Salahudin terpanggil, dia segera ke Damaskus dengan suatu pasukan yang kecil dan merebut kembali
Sultan Salahudin dan tentara Prancis mengadakan gencatan senjata di Palestina. Menurut ahli sejarah Prancis, Michaud, kaum Muslimin memegang teguh perjanjiannya. Berlawanan dengan syarat-syarat gencatan senjata, penguasa Nasrani Renanud atau Reginald dari Castillon menyerang suatu kafilah Muslim yang lewat di dekat istananya, membunuh sejumlah anggotanya dan merampas harta bendanya.
Dengan siasat perang yang tangkas Sultan Salahuddin mengurung pasukan musuh yang kuat itu di dekat bukit Hittin. Saladin tak memberikan kesempatan lagi kepada tentara Nasrani untuk menyusun kekuatan kembali dan melanjutkan serangannya setelah meraih kemenangan di bukit Hittin. Dalam waktu yang sangat singkat, sejumlah kota yang diduduki tentara Salib seperti Naplus, Jericho, Ramlah, Caosorea, Arsuf, Jaffa, Beirut dan Ascalon dapat diduduki Salahuddin. Setelah itu, Yerusalem pun berhasil dibebaskan Saladin dan pasukannya. Jatuhnya Yerusalem ke tangan kaum Muslimin membuat kalangan dunia Nasrani kebakaran jenggot.
Mereka segera mengirimkan bala bantuan dari seluruh pelosok Eropa. Kaisar Jerman dan Prancis serta raja Inggris Richard Lion Heart segera berangkat dengan pasukan yang besar untuk merebut tanah suci dari tangan kaum Muslimin. Mereka mengepung
Salahuddin mengakhiri sisa hidupnya dengan kegiatan-kegiatan bagi kesejahteraan masyarakat dengan membangun rumah sakit, sekolah-sekolah, perguruan-perguruan tinggi serta masjid-masjid di seluruh daerah yang diperintahnya. Saladin berpulang ke rahmatullah pada 4 Maret 1193. Sebagai penguasa, dia tak meningalkan harta berlimpah. Yang ditinggalkannya hanyalah baju perang, kuda, dan uang sebanyak satu dinar dan 36 dirham.
N heri ruslan/berbagai sumber
Salahuddin Pahlawan Islam yang Dikagumi Lawan
Beberapa waktu lalu, Presiden Amerika Serikat (AS), George W Bush, sempat berkoar-koar bahwa perang melawan terorisme yang digulirkan pemerintahan sekutu sebagai crusade (perang salib). Pernyataan Bush itu tentu saja memicu kontroversi. Yang menarik, editor senior The Guardian, Ewen MacAskill mengingatkan agar Bush mencontoh dan meneladani panglima Islam, Salahudin Al Ayubi.
MacAskill pun menyarakankan agar Bush tak mencontoh kekejaman tentara Kristen semasa Perang Salib. Pada 1099, ketika tentara Perang Salib menaklukan Yerusalem, setiap umat Islam dan Yahudi – laki-laki, wanita, orang tua, anak-anak dibantai dari pagi hingga tengah malam.
Menurut MacAskill, Bush perlu mencontoh Salahudin saat menakluk kembali Yerusalem pada 1187. Tak seorang pun penduduk non-Muslim yang dibunuh. Malah pada keesokan harinya, Salahudin telah mengizinkan penganut agama lainnya untuk beribadah di tempat-tempat suci agama masing-masing di Yerusalem. Tulisan MacAskill itu menunjukkan betapa sosok Saladin atau Salahudin begitu berkesan di hati sebagain orang Barat. Sosok panglima perang Muslim dari Tirkit telah menyebarkan semangat perdamaian, keadilan dan cinta terhadap sesama manusia. Tak heran, bila penulis Barat Philip K Hitti juga menyanjung kebaikan hati seorang Saladin.
”Di Eropa, Salahudin Al Ayubi atau Saladin telah menyentuh alam khayalan para penyanyi maupun para penulis novel zaman sekarang, dan masih tetap dinilai sebagai suri teladan kaum kesatria,” ungkap Hitti. Sifat penyayang dan belas kasihan Salahuddin ketika peperangan sangat jauh berbeda dibanding kekejaman tentara Perang Salib. Ahli sejarah Kristian pun mengakui mengenai hal itu. Penulis Barat, Lane-Poole mengagumi kebaikan hati Salahuddin yang mampu mencegah dan meredam amarah umat Islam dari upaya balas dendam. Lane-Poole juga melukiskan Salahuddin telahmenunjukkan ketinggian akhlaknya ketika orang Kristian menyerah kalah. ”Tenteranya sangat bertanggungjawab, menjaga peraturan di setiap jalan, mencegah segala bentuk kekerasan sehingga tidak ada kedengaran orang Kristian dianiaya.”
Lane-Poole juga menuliskan kekejaman dan tindak-tanduk tentara Perang Salib ketika berhasil menaklukan Baitul Maqdis kali pertama pada 1099. Menurut dia, tercatat dalam sejarah bahwa ketika Godfrey dan Tancred menunggang kuda di jalan-jalan Yerusalem, jalan itu dipenuhi mayat, orang Islam yang tidak bersenjata disiksa, dibakar, dipanah dari jarak dekat di atas bumbung dan menara rumah ibadat.
Karen Amstrong dalam bukunya Perang Suci juga menilai sosok Salahuddin sebagai panglima perang yang jujur. ”Salahudin menepati janjinya, dan menaklukkan kota tersebut menurut ajaran Islam yang murni dan paling tinggi,” tutur Amstrong. Salahudin juga dinilainya sebagai seorang pemimpin yang anti permusuhan dan tak pendendam. ”Dia tidak berdendam untuk membalas pembantaian tahun 1099, seperti yang Al-Qur’an anjurkan (16:127), dan sekarang, karena permusuhan dihentikan, ia menghentikan pembunuhan (2:193-194),” imbuh Amstrong.
Sir Walter Scott dalam novel yang ditulisnya Ivanhoe dan The Talisman menggambarkan sosok Saladin sebagai seorang pemimpin dan panglima Muslim yang mulia lagi murah hati. Begitulah Salahudin. Meski dia telah meninggal beberapa abad dilam, namun nama besarnya masih tetap dikenang sepanjang masa. Dia tak hanya pahlawan bagi umat Islam. Saladin adalah pahlawan kemanusiaan bagi dunia. Jasamu Salahuddin bagai kasturi mewangi. Harumannya melewati Baitul Maqdis. Walaupun jasadmu tiada semangatmu tetap menyala. Kekal menjadi aspirasi Mujahid kini dan selamanya..
Jejak Perjalanan Hidup Sang Pemberani
1152 M: Salahudin mulai bekerja di bawah penguasa Syiria, Nuruddin.
1164 M: Mulai menunjukan kekmapuannya dalam strategi militer melawan tentara Perang Salib di Palestina.1169 M: Saladin menjadi wakil komandan militer Syiria.
1171 M: Salahudin menekan penguasa Fatimiyah Mesir dan menjadi pemimpin Mesir.Kemudian dia menggabungkan Mesir dengan Khalifah Abbasiyah.
1174 M: Penguasa
1183 M: Penaklukan
1186 M: Penaklukan Mosul di utara Irak.
1187 M: Dengan kekuatan baru, menyerang Kerajaan Latin Jerusalem dengan pertempuran sengit selama 3 bulan. 1189 M: Perang Salib III meluas di Palestina setelah
1192 M: Menandatangani perjanjian dengan King Richard I dari Inggris yang membagi wilayah pesisir untuk Kaum Kristen dan
1193 M: Meninggal di Damaskus tidak lama setelah jatuh sakit. hri/wikipedia
Penulis : heri ruslan/berbagai sumberhri
0 komentar:
Posting Komentar