Sampah
sudah menjadi masalah kronis di negeri kita ini. Meraka ada dimana-mana. Setiap
tempat rasanya kurang lengkap kalau tidak ada
sampah. Manusia perhari dapat menghasilkan sampah mencapai ratusan Kg. Seperti
yang terlihat pada foto diatas , meskipun pemerintah sudah menyediakan tempat
sampah tetap saja mereka tidak membuang sampah pada tempatnya. Ini sudah
menjadi kebiasaan yang sangat sulit dirubah, itu baru seorang, coba bayangkan
hampir mayoritas masyarakat kota Tasikmalaya membuang sampah tidak pada
tempatnya. Sadar atau tidak kita ini sudah terkepung sampah. Tempat penampungan
yang sekarang masih ada tidak menjamin akan tetap menampung
sampah di masa depan. Akibat dari sampah juga tidak main-main, seperti
banjir dan sumber penyakit. Pola hidup kita yang konsumtif tidak peduli
lingkungan ini akan terus menghasilkan sampah yang menggunung-gunung. Apakah
dengan semua itu hidup kita akan nyaman? Hanya orang bodoh yang menjawab “Ya”.
Contoh konkritnya
adalah Dadaha yang merupakan salah satu tempat kebanggaan kota Tasikmalaya.
Disana terdapat dua gedung kebanggaan kota tasik yaitu gedung Gelora Sukapura
dan gedung Susi Susanti. Kondisi gedung Susi susanti lebih baik di banding
Gelora sukapura. Padahal gedung gelora adalah gedung serba guna yang dapat
digunakan masyarakat Tasik, seperti konser musik, perlombaan olahraga maupun
akademik dll.
Melihat
kondisi yang tertera pada foto diatas, saya sangat prihatin sekali. Atap-atap
depan mulai mulai berjatuhan, lusuh, dan jorok. Saya sebagai anak rantau merasa malu saat teman-teman yang ingin berkunjung ke kota Tasikmalaya karena tidak tertatanya kota dan sampah yang berserakan. Implikasinya adalah muncul rasa underestimate terhadap kota sendiri sebab apa yang mau di tunjukan pada mereka? Sampah? gedung lusuh? atau kafe-kafe tidak jelas?. Keadaan ini bukan karena
pemerintah kekurangan biaya, namun karena status kepemilikan gedung tersebut
masih dalam sengketa. Tidak hanya gedung, tempat – tempat kebanggaan lain juga
tidak terurus. Menurut saya, please lah jangan lebay , jangan karena dalam sengketa tetap dibiarkan
begitu saja, keindahan kota tetap harus dijaga. Bagaimanapun caranya. Supaya
masyarakat tasik sendiri tidak merasa malu pada tanah kelahirannya dan yang paling penting adalah selogan kota resik menjadi taruhannya. Kita semua
bertanya, kemana uang pajak kami?
Pemerintah
tetap harus pertama yang memprakarsai program bersih lingkungan, selain itu
permudahlah bagi mereka yang ingin melamar menjadi pekerja kebersihan lalu
berilah mereka gaji yang sepadan. Dengan begitu kebersihan kota akan terjaga.
0 komentar:
Posting Komentar