Subscribe:

Rabu, 24 Juli 2013

Hubungan Emas,Minyak Bumi dan Dollar US

Sejarah singkat emas dan dollar
Awalnya, semua negara di dunia menggunakan emas dan perak ketika bertransaksi satu sama lain. Bahkan AS pun dalam UUD-nya mencantumkan bahwa negara menggunakan koin emas dan perak sebagai alat pembayaran. Pada tahun 1800-an hingga 1900-an, orang-orang AS menggunakan uang koin emas dan perak.

Lalu pada 1862, Presiden Lincoln perlu uang untuk membiayai perang saudara (pertanyaan klasik yang hingga kini bisa terus dipertanyakan: siapakah pemicu perang? siapakah yang meraup uang dari perang?). Parlemen AS mengizinkan Lincoln untuk meminjam uang dari bank negara (saat itu masih benar-benar bank milik pemerintah AS) sebesar 150 juta dollar (dalam bentuk koin emas/perak). Seharusnya, pemerintahan Lincoln mengembalikan uang itu dengan uang lagi, namun karena tidak mampu, diperkenalkanlah uang kertas yang berisi ‘janji’ untuk membayar kelak di lain waktu. Ketika itulah pemerintah AS memperkenalkan uang kertas dalam bentuk ‘sertifikat emas/perak’. Para pemilik uang menyimpan uangnya di bank pemerintah, pemerintah akan memberikan sertifikat bukti simpanan itu. Sertifikat itu kemudian bisa dijadikan alat tukar. Si A bisa membeli barang kepada si B dengan menggunakan sertifikat ini, lalu ketika si B butuh uang, dia bisa menyerahkan sertifikat ke bank dan menukarnya dengan koin emas/perak sesuai yang tertera di sertifikat.
Uang kertas ini secara bertahap diperkenalkan ke masyarakat dan dicetak terus-menerus untuk membiayai pengeluaran negara. Awalnya, saat itu ada cadangan emas di bank yang menjadi penjamin uang kertas itu, namun kelak, lama kelamaan, emas cadangan pun habis, sehingga pada akhirnya, uang kertas hanya uang kertas, bukan lagi ‘bukti’ penyimpanan cadangan emas di bank.

Pertanyaan: mengapa uang kertas yang dijadikan jalan keluar? Jawabnya:

1) karena dgn uang kertas, segelintir orang bisa melakukan apa saja; misalnya, pemerintah bisa hidup mewah, yang tak mungkin bisa dilakukan bila hanya uang emas yang beredar; uang emas sangat terbatas dan hanya orang yang benar-benar bekerja dan punya sumber daya yang bisa memilikinya. Pemerintah korup tentu tak bisa bermewah-mewah dalam sistem uang emas, kecuali bila dengan terang-terangan menindas rakyat. Padahal, di era modern, penindasan dan perbudakan terang-terangan seperti zaman feodal dulu sudah tidak mungkin lagi dilakukan.
2) karena ada segelintir orang kaya yang bisa meraup kekayaan yang sangat-sangat-super banyak melalui sistem ini; selanjutnya akan dijelaskan pada bagian III “Sejarah The Fed”]
Tentu saja, prosesnya tidak mudah dan memakan waktu sangat panjang. Rakyat AS zaman itu sudah pasti tidak mau begitu saja dibodoh-bodohi: menyerahkan emas perak mereka untuk ditukar dengan kertas cetakan. Akhirnya pada 1933, dengan alasan untuk menyelamatkan perekonomian negara, Presiden Roosevelt menggunakan cara kekerasan: penyitaan emas-perak. Siapa saja yang menyimpan emas-perang dianggap kriminal dan terancam penjara dan denda. Transaksi harus menggunakan uang kertas. Semua kontrak bisnis yang menggunakan uang emas harus dikonversi ke uang kertas. Semua pemilik uang emas-perak harus datang ke bank untuk ditukar dengan sejumlah uang kertas. [Proses penyitaan emas ini juga dibarengi dengan indoktrinasi di sekolah-sekolah/universitas, karena pada era itu, sekolah di AS sudah dibawah kendali pemerintah. Rakyat AS didoktrin bahwa uang kertas sama baiknya dengan uang emas dan bahwa penyitaan emas adalah demi kebaikan rakyat.]
Setelah SEMUA uang emas ditarik, dan rakyat menggenggam uang kertas, bank pun melakukan devaluasi mata uang. Pemerintah AS lalu menjual sebagian emas yang disita dari rakyatnya itu kepada pasar internasional (tentu dengan melalui bank), dengan harga yang lebih mahal daripada harga beli dari rakyat. Pemerintah AS menerima uang kertas sebagai ganti emas yang ‘dirampok’ dari rakyat itu, lalu digunakan untuk membiayai roda pemerintahan (atau tepatnya, untuk membiayai kehidupan mewah para pejabat negara). Jelas ini adalah perampokan uang rakyat besar-besaran. Makanya dikatakan: sejak saat itu, rakyat AS dijajah oleh bank. Mereka harus bekerja keras, dibayar dengan uang kertas. Sumber daya alam –yang sejatinya milik rakyat- dieksplorasi (misalnya, emas dan minyak digali) lalu ditukar dengan uang kertas.
 
Pertanyaannya: siapa bank yang sedemikian berkuasa itu? Apakah benar-benar bank milik pemerintah AS? Jawabnya: baca di bagian III : Sejarah The Fed]

Selanjutnya, pada tahun 1944, AS menggagas sistem keuangan internasional yang disebut Perjanjian Bretton Woods. Perjanjian ini dihadiri 44 negara Barat ini sepakat bahwa negara-negara tidak lagi menggunakan emas sebagai alat transaksi internasional, melainkan dengan dollar yang di-back up oleh emas. Artinya, AS menjamin bahwa setiap uang kertas dollar yang dicetaknya, ada cadangan emas di bank dalam jumlah tertentu. Lalu, mengapa negara-negara adikuasa macam Inggris, Perancis, dll, mau menerima perjanjian ini? Pertama, karena saat itu mereka sedang dalam posisi lemah akibat Perang Dunia I-II. Kedua, karena bank AS saat itu memiliki cadangan emas terbanyak. Dengan demikian, negara-negara lain diminta percaya pada uang dollar karena bank AS menyimpan 2/3 emas dunia.
Kenyataannya, akhirnya AS tak mampu lagi (atau, saya curiganya, sudah didesain demikian oleh para penggagas uang kertas) mem-back up semua dollar hasil cetakan pabrik dengan uang (seperti dikatakan tadi, emas itu terbatas, uang kertas bisa dicetak semau pemilik percetakan). Akibatnya, pertukaran dolar dengan emas tidak lagi setara dengan harga pertukaran emas resmi yang disepakati di Bretton Woods. Pada tahun 1971, AS sepihak mengumumkan tidak lagi terikat pada Bretton Woods dan tidak lagi melakukan back-up emas terhadap dollar yang dicetaknya. Namun terlambat bagi dunia, dollar sudah merasuk ke seluruh penjuru dunia dan menjadi alat tukar utama transaksi internasional. Dunia sudah dicengkeram oleh penjajahan bank AS yang bisa seenaknya mencetak dollar.
 
Faktor yang mempengaruhi harga Emas :
 
Perubahan Kurs
 
Melemahnya kurs dollar AS dapat mendorong kenaikan harga EMAS dunia. Ketika tingkat suku bunga naik, ada usaha yang besar untuk tetap menyimpan uang pada deposito ketimbang emas yang tidak menghasilkan bunga (non interest-bearing). Ini akan menimbulkan tekanan pada harga  EMAS. Sebaliknya, ketika suku bunga turun, harga  EMAS akan cenderung naik. Pada tahun 1998, karena nilai tukar rupiah merosot tajam terhadap mata uang dollar AS, pemerintah menaikkan tingkat suku bunga secara signifikan. Harapannya, menahan laju kenaikan nilai tukar dollar AS. Akibatnya, walaupun tingkat suku bunga naik, harga  EMAS juga naik. Terlihat jg tingkat suku bunga tidak terlalu berpengaruh pada harga  EMAS di Indonesia. Tetapi, lebih banyak dipengaruhi harga  EMAS dunia sehingga pengaruh nilai tukar dollar AS terhadap rupiah sangat besar. Saat terjadi kepanikan finansial seperti saat krisis moneter harga emas akan meroket tidak terkendali. Hal ini terjadi karena masyarakat enggan memegang uang kertas dan lebih memilih menyimpan kekayaanya dalam bentuk EMAS.
Salah satu contoh hal yang dapat mempengaruhi suplai dan permintaan (supply and demand) dari  EMAS  adalah seperti kejadian pada pertengahan tahun 1980. Contoh lainnya, kasus pada pertengahan tahun 1998 di mana harga  EMAS  terus merosot. Saat itu, bank-bank sentral di Eropa menyatakan akan mengurangi cadangan emasnya sehubungan rencana pemberlakuan mata uang euro. Harga  EMAS langsung anjlok di sekitar 290 dollar per troy ounce.
Sekitar 80 persen dari total suplai  EMAS  digunakan industri perhiasan. Konsumsi perhiasan merupakan pengaruh yang besar pada sisi permintaan. Ketika kondisi ekonomi meningkat, kebutuhan akan perhiasan cenderung naik. Namun, dari data statistik terlihat kebutuhan akan perhiasan lebih sensitif terhadap naik turunnya harga emas dibanding kan meningkatnya kondisi ekonomi.
Ketegangan politik dunia, misalnya AS dengan Iran, AS dengan Timur Tengah atau ketegangan lain yang membuat suhu politik dunia meninggi dan mengakibatkan ketidakpastian ekonomi  membuat harga emas naik.
Harga Emas Pada tahun 1971, sejak Presiden Richard Nixon mengakhiri konvertibilitas dolar AS dengan emas, untuk mengakhiri peran sentral dalam sistem mata uang emas dunia. Tiga tahun kemudian Kongres mengesahkan kepemilikan emas oleh warga AS. Dibebaskan dari harga pemerintah sebesar $ 35 per ons, dolar dan emas melayang. Pada tahun 1979 dan 1980, kurangnya kepercayaan investor pada kemampuan pemerintah untuk membatasi ekspansi uang beredar mengakibatkan kepanikan, sehingga membeli logam mulia sebagai lindung nilai terhadap inflasi. Harga emas melonjak, dan pada bulan Januari 1980 harga emas mencapai rekor sebesar $ 850 per ounce. Selama periode empat tahun 1976-1980, harga emas telah meningkat lebih dari 750%.
Pada awal 1980-an US Federal Reserve menaikkan suku bunga untuk membatasi pertumbuhan uang beredar. Kebijakan ini mencapai tujuan dan pada tahun 1982 dan suku bunga menurun dan ketakutan inflasi telah mereda. Investasi modal menanggapi dengan memindahkan dalam aset keuangan dari komoditas termasuk emas, dan pasar melonjak. Setelah tertinggi bersejarah Januari 1980, harga emas kepedalaman dalam $ 300 - kisaran $ 400 sampai memukul rendah dari $ 256 pada bulan Februari 2001. Kemudian bull market emas kembali, dan pada bulan November 2009 telah mendorong harga hingga $ 1140 - naik sebesar 445%. Untuk beberapa investor, hal ini menunjukkan bahwa sejarah mengulangi dirinya sendiri dan harga emas adalah $ 2.000 per ounce. Untuk kembali ke tahun 1980 yang tinggi, ketika disesuaikan dengan inflasi, harga akan perlu lebih dari $ 2.000 sekarang.
Ada lembaga yang melacak dari semua emas di dunia. Gold Fields Mineral Services Ltd (GFMS) merupakan konsultan independen yang berbasis di London dan perusahaan riset, didedikasikan untuk mempelajari emas internasional dan pasar perak. GFMS menerbitkan Gold Survei tahunan, yang menampilkan analisis yang komprehensif dan statistik pada pasokan emas dan permintaan selama lebih dari enam puluh negara. GFMS memperkirakan bahwa di atas tanah saham emas mewakili total volume sekitar 160.000 ton, dimana lebih dari 60% telah ditambang sejak tahun 1950. GFMS memperkirakan bahwa semua emas yang pernah ditambang akan membentuk sebuah kubus berukuran 20 meter (19 meter) di setiap sisi. Pemegang emas terbesar di dunia seperti pemerintah Amerika Serikat, dengan 8,133.5 ton. Pemegang lain termasuk Jerman, Dana Moneter Internasional (IMF), Italia, Prancis, SPDR Emas Saham, Cina, Swiss, Jepang, dan Belanda.
Di pasar global ada kurangnya kepercayaan terus-menerus dalam mata uang berbasis kertas. Melemahnya dolar AS telah memberikan pengaruh yang luas yang mengurangi kepercayaan pada mata uang lainnya. Dan dengan bank sentral dan pembuat kebijakan pemerintah masih terlibat dalam intervensi belum pernah terjadi sebelumnya fiskal dan moneter, ini bisa berlanjut selama lebih lama lagi. Kekuatan emas saat ini mungkin merupakan cerminan bukan suatu penanganan khusus terhadap nilai dolar AS, melainkan ekspresi dari malaise underlying yang sama dengan efek sisa-sisa dari krisis keuangan global.
 
KESIMPULAN
 
Nilai suatu barang itu intinya adalah supply and demand. Ketika supply banyak dan demand sedikit tentu saja harga akan turun. Kalau supply sedikit demand banyak maka harga akan naik. Nah, jika terjadi krisis seperti krisis euro orang-orang akan mengalihkan pada dollar untuk mengamankan  hartanya sehingga permintaan emas turun meskipun supplynya cukup. Begitupun sebaliknya, jika dollar terkena inflasi maka orang-orang akan beralih ke emas yang menunjukan permintaan tinggi sehingga nilainya pun tinggi sedangkan nilai dollar turun. Itulah yang menyebabkan hubungan emas dan dollar berbanding  terbalik. Kenapa dollar? karena dianggap stabil dibanding mata uang lain yang cenderung labil.
 

0 komentar:

Posting Komentar